Filsafat adalah
sebuah ilmu yang mencari makna dibalik makna, tidak hanya sekedar mencari makna
yang tersurat, tapi lebih dari itu berusaha mencari makna yang tersirat. Semua
itu berorientasi pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara indra dan pengalaman (empirik), dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil
logika yang rasional. Bila seorang yang berfikir filosofis artinya ia mencoba
untuk mencapai tujuan tertinggi dari filsafat, yaitu kebijaksanaan (wisdom).
Orang yang berpikir kritis dengan cara
filsafat juga merupakan refresentasi nilai-nilai filsafat yang cinta
kepada kebijaksanaan, karena makna harfiah dari filsafat itu sendiri adalah
cinta kebijaksanaan (philos=cinta, sophos=kebijaksanaan). Agar kita bisa
mencapai maqom (level) tersebut, maka diri kita, alam semesta dan segala isinya
bisa menjadi media kita untuk mendulang ilmu pengetahuan dan merengkuh
kebijaksanaan.
Sesuai dengan
judul di atas penulis ingin membawa imajinasi kita untuk belajar pada ciptaan
Sang Khalik (creator ex nihilo), yaitu Tuhan menciptakan sesuatu dari tidak ada
menjadi ada. Karena itulah eksistensi manusia sebagai makhluk, yaitu berawal
dan berakhir. Tidak seperti Tuhan, yang tidak berawal dan tidak berakhir. Semua
itu melahirkan banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia. Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup manusia (way of life) memberikan gambaran tersebut dalam
ayatnya: Q.S. Fathir: 27 “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan
hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah
yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat”.
1. Ilmu
Padi
Apa filosofi yang
bisa kita mabil dari tanaman padi? Bila kita perhatikan secara empirik
(pengamatan indrawi) padi itu semakin berisi, semakin ia merunduk. Tidak kita
temukan ada batang padi yang semakin
berisi semakin kuat berdiri. Di sinilah letak pelajaran yang bisa ditimba,
yaitu bahwa semakin kita pintar, semakin kaya, semakin tinggi jabatan, semakin
terkenal janganlah kita menegakkan kepala dengan pongahnya untuk menyombongkan
diri. Kita jangan merasa yang paling hebat dan sempurna.
Tetapi alangkah
baiknya bila kita pintar, kaya, petinggi, populer tapi tetap rendah hati.
Semakin kita hebat mestinya kita semakin tawadhu’, baik pada sesama manusia
maupun di hadapan Allah. Kecerdasan tidak untuk membodohi orang lain. Jadilah
orang pintar tapi jangan minteri.
Kekayaan tidak membuat kita serakah dan pelit, karena kita beranggapan bahwa
kekayaan itu karena kita sendiri, dan selalu ingin menumpuk harta
sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Memiliki jabatan bukan untuk
disalahgunakan, tetapi untuk kemaslahatan bersama. Terkenal tidaklah membuat
kita lupa diri, tetapi tetap merendah dan merasa orang biasa, jauh dari sifat
pongah dan sombong. Ingat ancaman Allah atas orang yang sombong dalam Q.S
al-Baqarah: 206. “Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada
Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka
cukuplah (balasannya) neraka jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat
tinggal yang seburuk-buruknya”.
2. Pohon
Kelapa
Tahukah kita bahwa
pohon kelapa adalah pohon yang banyak tumbuh di negeri beriklim tropis ini
adalah sebuah pohon yang kuat, ramah, sabar dan tahu diri, serta banyak memberi
manfaat kepada manusia? Coba perhatikan tipe dan karakter dari pohon kelapa:
a. Pohon
kelapa adalah pohon yang kuat, walau ia tinggi menjulang sering diterpa angin
kencang, tapi tetap ia bisa bertahan tegak. Hal itu disebabkan akarnya kuat
mencengkram di tanah.
b. Pohon
kelapa agar lekas berbuah dan mudah dipanjat ditoreh batangnya dengan golok.
Dia tidak lantas mogok berbuah, tapi tetap berbuah dan bersabar.
c. Nyiur tetap melambai pada siapapun yang melihatnya,
tak peduli orang itu suka padanya atau tidak, artinya ia ramah dan tidak
sombong.
d. Bila
ada dua pohon kelapa yang saling berdekatan sama-sama tumbuh, maka salah satu
biasanya mengalah dengan tumbuh menyamping, agar tidak saling mengganggu.
Pelajaran yang
dapat kita ambil dari tipe pohon kelapa adalah:
1) Jadilah
kita manusia yang kuat dalam mencoba ujian dan cobaan dalam hidup. Jangan mudah
putus asa dan menyalahkan nasib. Bila iman dan motivasi hidup kita kuat dan
teguh menghujam laksana akar pohon kelapa maka apapun bisa kita hadapi. Allah
sangat menyukai orang seperti itu sesuai dengan firmannya dalam Q.S. al-Ahqaf:
13-14 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah", Kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah
penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa
yang Telah mereka kerjakan”.
2) Walau
batangnya ditoreh (disakiti), bahkan dikencingi sekalipun tidak membuat ia
enggan berbuah dan dendam. Bila kita kita bisa menjadi orang yang sabar, pemaaf
dan tidak pendendam alangkah indahnya dunia ini. Padahal Allah sangat
mengapresiasi orang yang sabar dalam Q.S. Ali Imran: 200 “Hai orang-orang yang
beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.
3) Ramahlah
selalu pada siapapun, baik kepada orang yang respek kepada kita maupun kepada
orang yang memasang wajah antagonis kepada kita.
4) Jadilah
kita orang yang tahu diri, bukan orang yang lupa diri, yang lupa pada orang
yang pernah berjasa, berperan dalam hidup kita. Hindarilah pameo: bagaikan
kacang yang lupa pada kulitnya.
Lalu apa manfaat
dari pohon kelapa? Ternyata pohon kelapa dari pucuk hingga batangnya banyak
memberi manfaat bagi manusia. Daun pucuknya yang paling muda bisa dimakan, daun
setengah tua bisa untuk ketupat, lidinya untuk sapu,
tempurung-serabut-isi-airnya semua bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sedangkan
batangnya bisa untuk kayu bangunan (glugu) dll.
Sebaiknya kita meniru pohon kelapa
ini yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang. Kehadiran kita
ditunggu-tunggu dan dibutuhkan semua orang. Jangan kehadiran kita justru
menyusahkan orang lain. Jadilah setiap ucapan dan perilaku kita bermanfaat bagi
semua orang, hal ini sesuai dengan sabda Nabi dalam hadisnya:
“Sebaik-baik manusia adalah orang
yang memberi manfaat bagi manusia lainnya”
3. Buah
Kurma
Sebagaimana kita
ketahui bahwa tanaman kurma hanya banyak tumbuh di kawasan Timur Tengah.
Tanaman kurma sudah ada sejak di zaman Nabi, ada bermacam-macam kurma, mulai
dari harga yang paling murah hingga kurma Najwa yang paling mahal. Penulis di
sini tidak membahas lika liku kurma, tetapi jadilah kita ibarat buah kurma.
Filosofinya
adalah: walau bentuknya hitam, keriput (tidak kencang), tapi rasanya manis dan
banyak khasiatnya. Bila diibaratkan kita manusia yang menjalani hidup di dunia,
mungkin tidak jauh-jauh dari tampilan kurma. Fisik kita sudah tidak sekuat dulu
lagi, baut dan murnya mulai longgar, hingga mudah capek dan masuk angin. Kulit
tidak kencang lagi, gigi sudah mulai banyak yang rontok, uban mulai tumbuh.
Tapi apakah dengan
tampilan seperti itu membuat kita merasa tidak berguna lagi? Jawabannya tentu
tidak. Penampilan boleh tidak menarik lagi karena dimakan usia. Tapi
eksistensinya tetap diharapkan orang lain. Kurma itu bentuk fisiknya boleh
jelek, kempis dan keriput. Tapi rasanya tetap manis dan manfaatnya banyak.
Kurma itu sekalipun manis, tapi aman dikonsumsi bagi pengidap diabetes karena
kadar gulanya tidak membahayakan kesehatan tubuh, tidak seperti manisnya gula
olahan dari tebu.
Walau kita sudah
tua, mata sudah tidak setajam dulu, tetapi kita disenangi, dihormati dan digugu,
karena kita membawa pencerahan kepada orang lain. Keberadaan kita menjadi
tempat orang bertanya, meminta nasihat dan pertimbangan. Janganlah menjadi
manusia yang sudah tua, jelek, miskin dan hanya menjadi beban orang lain dan
tidak berguna.
Poin penting yang ingin penulis
sampaikan adalah mari dalam suasana Idul Fitri ini kita mencari pencerahan
dalam hidup, banyak belajar dari alam dan segala isinya untuk mempertebal
kualitas iman dan memperbanyak kuantitas ibadah kita kepada Allah. Kita mesti
ingat bahwa kesempatan yang ada dihadapan kita digunakan dengan sebaik-baik
mungkin untuk menjadi hamba Allah yang saleh. Karena kesempatan hari ini tidak
akan pernah kembali dan terulang pada hari esok.
Wa Allah ‘a’lam bi al-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar