Definisi
Filsafat Menurut Para Ahli
Apakah
filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama. yang kita
hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat"
dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
1.
Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang
berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka
(loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia'
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya,
setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf".
Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2.
Segi praktis: dilihat dari pengertianpraktisnya, filsafat bererti 'alam
pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua
berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikirsecara mendalam dan
sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah
filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan
tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang
berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil
akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi pembahasan ilmu
filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan
definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu
filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1. Plato
(427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru
Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
(ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles
(384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda).
3. Marcus
Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatuyang mahaagung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
4. Al-Farabi
(meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan :
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel
Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan :
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan, yaitu:"apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab
oleh metafisika);"apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh
etika);"sampai di manakah pengharapan kita? (dijawaboleh antropologi).
6. Prof.
Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu
ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari
akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang
radikalitu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan
yanguniversal.
7. Drs
H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatudengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia,
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh
yang dapat dicapai oleh akal manusia, danbagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Setelah mempelajari
rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa Filsafat adalah
'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh
ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu
pengetahuan biasa. Dan filsafat juga merupakan hasil daya upaya manusia dengan
akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta
sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: "hakikat Tuhan", hakikat
alam semesta, dan "hakikat manusia”, serta sikap manusia sebagai
konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu
sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar