Seorang muslim yang sejati adalah
apabila ia telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola dalam hidupnya.
Kita ikuti sikap dan tindak-tanduknya, demikian pula filsafat hidupnya harus
diteladani.
Bagaimana filsafat hidup Rasulullah?
Filsafat hidup adalah hal yang abstrak, yakni bagaimana seseorang memandang
suatu persoalan hidup, cara memecahkan atau menyelesaikannya. Ada beberapa
filsafat hidup yang dianut oleh manusia:
1. Pertama
: Dalam hidup ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
2. Kedua
: Dalam hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke
Timur, ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, suapaya selamat
dan mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Ketiga
: Dalam hidup ini yang penting "GUE SENENG" masa bodoh dengan urusan
orang lain.
4. Keempat
: Dalam hidup ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Sebagai
muslim sudah selayaknya kita berfilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah
SAW.
Filsafat hidup
Rasulullah adalah sebagai berikut :
1. Pertama
: Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. "Wahai Rasulullah,
bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-baiknya
manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain".
Jika ia seorang
hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga,
sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah
ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan
orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang
disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan
masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Intinya segala
kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang
baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat
dan bermanfaat.
Sebaliknya kalau
ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat
sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang
itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak
merugikan masyarakat.
Jadi filsafat
hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup.
Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput
tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan
mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam
akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan
motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi
tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh
pekerjaannya.
Oleh karena itu
dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa
pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada
Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah
beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan
mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya
orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal itu
penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya
ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an saja, tetapi
bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi
Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang
berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas
bekerja.
2. Kedua
: Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang
bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya :
"Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak
amal kebajikannya".
Sudah barang
tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya
kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa
kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-buruknya manusia yaitu
mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya
kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat
sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung
jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal
kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu,
bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini
memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar umur panjang
sebagaimana resep Rasulullah :
Secara
lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan
yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang
umur ada dua resepnya:
1. Pertama
: Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk
kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan
agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya
pendek.
2. Kedua
: Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi
suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau
dengan saling kirim salam.
Sementara para
ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60
tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya
menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah
umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang bertambah.
3. Ketiga
: Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul
Menjawab :
Yang artinya :
"Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari
hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau kita
bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos kerja,
disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah
orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga
adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup".
Pernyataan Rasul yang kedua :
Yang artinya:
"Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka
ia termasuk orang yang rugi".
Jika amalnya,
akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak
turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang
bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot? Bagaimana
dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu, giginya
sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul
mengatakan selanjutnya :
Yang artinya :
"Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin
maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu
pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa
peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi,
kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk
orang yang beruntung.
4. Keempat
: Rasul pernah ditanya : "Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling
baik itu bagaimana? Rasul menjawab : "Suami yang paling baik adalah suami
yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara
kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya,
tetap menghormati dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap
seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan isterinya, sehingga
dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami yang tidak baik
biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu suami
yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah yang bisa
memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih
membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat
berpesan: "Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu". Diulangnya tiga
kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang suami
memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar biasa. Hal
ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada
hakekatnya adalah karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang
membantu mencarikan nafkah.
5. Kelima
: Rasul pernah ditanya, "Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang
bagaimana? Rasul menjawab,"Apabila dia berbuat salah segera bertaubat,
kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan,
"Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan,
tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari
perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri
dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan
soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi
kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar
menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada bekas
santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan
maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang
yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi
khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua
baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang
sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena
itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu
didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa
ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya?
Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang
tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang
yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya:
"Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh
dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima oleh Allah"
6. Keenam
: Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : "Tangan di atas
lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka
memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah
berfirman :
Yang artinya :
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi
Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang
yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka
judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja
keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
7. Ketujuh
: Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu
orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam
melakukan shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a. Kemudian Rasul bertanya kepada para
sahabat, "Apakah orang itu punya keluarga?" Sahabat menjawab,
"Punya Ya Rasul". Kata Rasul : "Orang tersebut adalah orang yang
tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami,
berusaha mencari nafkah. Sampai Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik
orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan
dunia".
Juga tidak benar
orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi.
Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan
ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar