Rabu, 28 Desember 2016

Ulama - Ulama Terdahulu Sudah Terlebih Dahulu Menggunaan Prinsip-Prinsip Dasar Logika dan Filsafat

Penggunaan prinsip-prinsip dasar logika dan filsafat sesungguhnya telah digunakan oleh para ulama terdahulu dengan dua tujuan:
1.      Pertama, memecahkan problem-problem keilmuan dan konsep-konsep dasar dalam Islam. Penjelasan tentang sumber kebenaran, klasifikasi ilmu dan pemilahan ilmu-ilmu yang baik dan buruk menurut syariat dikaji dalam konteks pemikiran yang sekarang disebut filosofis.
Ketika para ulama membahas konsep ilmu, maka itu sudah dapat dikatakan pembahasannya masuk wilayah filsafat. Jadi, sesungguhnya filsafat dalam koridor Islam itu sudah menjadi bagian dari disiplin ilmu-ilmu keislaman. Kajian tentang konsep dan prinsip-prinsip ilmu dalam ilmu filsafat disebut epistemologi.
2.      Kedua, para ulama mendalami prinsip-prinsip filsafat dalam rangka mengkritik dan mengoreksi pemikiran asing, yang tidak sesuai dengan konsep Islam. Untuk itu, yang dipelajari adalah filsafat ‘asing’ dan filsafat yang Islami. Imam al-Ghazali telah melakukannya. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan mendasar, Imam al-Ghazali mendalami terlebih dahulu prinsip-prinsip filsafat Yunani yang bertentangan dengan Islam.
Syed Muhammad Naquib al-Attas mengindentifikasi bahwa kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang pada dasarnya disebabkan merebaknya penyakit kekeliruan ilmu yang dialami kaum Muslim. Kesalahan ilmu dan kekurangan ilmu itu disebabkan invasi ilmu Barat yang sangat gencar menyerang jiwa dan kalbu kaum Muslimin (Syed MN. al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, hal. 5). Bahkan menurut al-Attas, bagi cendekiawan Muslim mempelajari peradaban (termasuk filsafat) Barat hukumnya fardlu kifayah. Sebab, tanpa mengetahuinya kita tidak mempu mengkritik dan membenahinya. Tidak semua memang perlu mempelajarinya, menurut Imam al-Ghazali, itu hanya untuk orang yang berilmu, orang awam dilarang mempelajarinya. Artinya, ini bagi yang telah memiliki bekal dasar-dasar akidah, mantiq dan syariah yang kuat.
Untuk itu bagi kita yang mempelajari filsafat, hendaknya ditata niat baik-baik. Segala aktifitas keilmuan adalah semata demi mendapatkan kebahagiaan (sa’adah) akhirat.
Artinya, niat untuk berjuang li i’laa’i kalimatillah. Kita juga perlu memakai framework Islam, bukan framework Barat. Hal ini berarti, pertama-tama akidah harus dikuatkan. Karena, seperti petunjuk Imam al-Ghazali dan Syed al-Attas, bahwa kita mempelajari ilmu ini dalam rangka membela konsep-konsep Islam, menguatkan akidah umat. Dengan framework Islam, filsafat menjadi alat mengokohkan akidah, bukan malah mendekonstruksinya atau menjadikan pluralis atau sekularis


Belajar Filsafat Itu Untuk Mengokohkan Akidah

Belajar filsafat harusnya untuk memperkokoh akidah, bukan malah jadi sesat. Untuk itu niat mempelajari filsafat, semata demi maslahat dan sa’adah (kebahagiaan) dan untuk berjuang li i’laa’i kalimatillah
Dalam mempelajari sebuah ilmu, harus memperhatikan kaidah dan petunjuk agama. Ilmu apapun jika menafikan petunjuk dan prinsip-prinsip dasar thalabul ilmi (mencari ilmu) akan mengakibatkan jatuh pada kesesatan. Belajar al-Qur’an dan Hadist, jika niat salah, maka kekeliruan yang didapat. Bahkan bisa tersesat jika konsep al-Qur’an dan hadisnya salah. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa ilmunya bertambah, namun tidak bertambah petunjuk, maka ia akan semakin jauh dari Allah.” (HR. Abu Nu’aim).
Ilmu filsafat sering disalah persepsi sebagai ilmu yang menyebabkan orang tersesat. Ada beberapa sebab ilmu ini dianggap miring, sehingga harus dijauhi. Di antaranya; pengaruh framework Orientalis Barat. Menurut orientalis, Islam tidak memiliki tradisi pemikiran rasional dan filosofis. Kaum Muslim hanya mengadopsi. Akibatnya, yang dipelajari adalah filsafat Barat dengan cara belajar menurut framework Barat. Implikasi dari pemikiran ini ada dua; pertama, para mahasiswa yang termakan framework tersebut mempelajari filsafat sekuler. Filsafat yang dikonstruk ilmuan Barat tanpa reserve dan kajian kritis.
Cara belajar yang begini yang menjauhkan dari Allah, karena tidak memakai framework Islam dan worldview Islam. Kedua, sebagian kaum Muslim yang percaya dengan propaganda orientalis itu langsung ‘memukul rata’ bahwa semua jenis filsafat haram dan tidak boleh dipelajari karena berasal dari orang Barat yang sekular.
Sebagian kaum Muslim pun ‘rigid’ dan kaku menyikapi ilmu filsafat. Mereka percaya saja apa yang dipropagandakan orientalis itu tanpa mengkaji mendalam bagaimana respon para ulama terdahulu. Dalam tradisi ulama’ terdahulu, telah lama berkembang persepsi bahwa Islam memiliki tradisi filsafat tersendiri yang berbeda dan berlawanan dengan filsafat Barat atau Yunani. Ilmu syariat mengawal dan terus dijadikan pondasi dalam ilmu filsafat. Bahkan beberapa ulama terdahulu mempelajari ilmu filsafat Yunani dalam rangka mengoreksi dan mengkritik kekeliruannya. Hanya, ada petunjuk dan kaidah untuk mempelajarinya.
Ibn Rusyd dalam karyanya Fasl al-Maqal menjelaskan urgensi mempelajari filsafat. Dalam keterangannya, Ibn Rusyd mengaitkan dengan pemecahan persoalan-persoalan dalam ilmu syariat. Ibn Rusyd mengungkapkan bahwa syariat Allah itu wajib diikuti dan membimbing manusia menuju kemulyaan. Filsafat di sini ternyata bukan filsafat anti-ketuhanan, dan sekular, namun cara berpikir mendalam, logis, teratur tanpa menafikan wahyu.
Imam al-Ghazali sesungguhnya juga tidak menolak filsafat. Akan tetapi — seperti yang ditulis dalam Tahafut al-Falasifah — beliau hanya mengkritik prinsip pemikiran-pemikiran filsafat yang tidak sesuai dengan wahyu. Prinsip-prinsip filsafat Yunani ia kritik karena bertentangan dengan konsep-konsep Islam. Al-Ghazali percaya, bahwa Islam memiliki prinsip-prinsip filsafat tersendiri yang berbeda dengan konsep-konsep asing. Hal ini ia buktikan dalam karya-karya lainnya seperti Ihya Ulumuddin, al-Mustasyfa, Fada’ih al-Bathiniyyah,al-Munqidz min al-Dlalal, Kimiya’ al-Sa’adah, dan lain-lain.
Karya-karya tersebut menyajikan penjelasan prinsip-prinsip memperoleh pengetahuan, klasifikasi ilmu, logika, cara pemecahan persoalan secara mendalam, sampai ke akar-akarnya dan sistematis – yang merupakan ciri berpikir filsafat secara umum.
Bahkan Ibn Taimiyah dalam Minhaj al-Sunnah menulis bahwa filsafat bisa diterima jika memenuhi syarat. Yaitu asalkan berdasarkan pada akal dan berpijak pada kebenaran yang dibawa oleh para Nabi Shalallahu ‘alai wa sallam. Filsafat yang berdasarkan al-Sunnah ini beliau sebut dengan al-Falsafah al-Shahihah (filsafat yang benar).

Dengan demikian, sesungguhnya para ulama’ menerima filsafat sebagai disiplin ilmu yang bisa dipelajari. Imam al-Ghazali mensyaratkan orang yang sudah memiliki dasar-dasar agama, berilmu dan cerdas yang boleh mendalami ilmu filsafat dan mantiq. Orang awam dilarang karena belum memerlukannya. Tuduhan bahwa al-Ghazali ‘mematikan’ filsafat adalah tidak benar. Penolakan para ulama’ sesungguhnya wajar dan berlaku untuk ilmu-ilmu yang lainnya, tidak hanya filsafat. Ilmu apa saja, jika tidak sesuai dengan syariat tidak boleh diikuti. Tiap ilmu memiliki jenjang masing-masing dalam mempelajarinya. Seperti halnya pelajaran kalkulus tidak diajarkan kepada anak sekolah dasar. Bukan ‘diharamkan’, tapi belum waktunya.

CARA SEDERHANA BELAJAR FILSAFAT

1.      Menumbuhkan motivasi
Motivasi didefenisikan sebagai dorongan (dorongan sokongan moril) yang menjadi alasan dan tujuan dari sebuah tindakan, oleh karena itu sebelum seseorang ingin mempelajari filsafat harus merefleksikan dirinya apakah latar belakang ia mempelajari filsafat? Apa tujuan individu mempelajari filsafat? Apa dorongan yang membuatnya belajar filsafat? Ada berbagai tujuan seseorang menyelami dunia filsafat diantaranya adalah untuk peningkatan kapasitas intelektual tentang filsafat, untuk gagah-gagahan sebagai bentuk kesombongan akan kehebatannya berfilsafat, untuk diaplikasikan dalam tindakan kehidupan sehari-hari, atau mungkin sekedar iseng, silahkan pembaca menambahkan sendiri tujuan pembaca mempelajari filsafat. Kendati beragamnya latar belakang di atas namun yang harus diingat bahwa pada hakikatnya jika seseorang mempelajari filsafat dengan baik maka akan terlihat dalam akhlak moralitasnya sebagai orang yang makin bijaksana dalam mendinamikai kehidupan. Hal ini senada dengan terminologi filsafat yang cinta akan kebenaran, cinta akan kebijaksanaan, cinta akan kecintaan. Harus ada tujuan untuk menjadi filsuf-filsuf modern yang senantiasa menjadi pencinta sejati (cinta kepada Tuhan, sesama manusia dan alam semesta), menjadi orang bijak di tengah hiruk-pikuk keduniaan di zaman yang serba canggih ini. Manusia mungkin saja dengan mudah menjadi pintar namun belum tentu dengan mudah menjadi bijaksana, banyak orang pintar di era ini, namun sedikit sekali kita temukan orang bijak bak mencari jarum di tumpukan jerami atau mencari mutiara di samudera luas.
Motivasi dibagi menjadi dua yakni secara internal (diri) dan secara eksternal (lingkungan), secara internal maupun eksternal harus dibangun suatu mindset yang positif terhadap filsafat. Secara internal kita perlu menyadari kapasitas dan bakat bawaan kita sebagai manusia yang bisa mempelajari apa pun ilmu di dunia ini. Mempelajari filsafat juga adalah mempelajari diri sendiri dengan demikian kita bisa memahami Tuhan sebagai penguasa jagat raya sesuai pepatah arab “barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya”. Secara eksternal kita perlu bergaul dengan orang-orang yang dekat dengan filsafat dan punya pengetahuan lebih tentang filsafat selain itu kita perlu mengamati gejala alam sebagai realitas dan objek kajian filsafat yang memberikan suasana menakjubkan bagi manusia. Peningkatan motivasi eksternal juga ditingkatkan lewat membaca sebanyak-banyaknya biografi para filsuf ternama untuk meningkatkan motivasi diri agar bisa mencontohi para filsfuf yang luar biasa itu. Setiap orang punya cara/metode yang berbeda-beda dalam menumbuhkan motivasi ini olehkarena itu, tidak dilarang menggunakan metode apa pun yang terpenting bisa efektif, efisien dan enjoy dalam membangun semangat berfilsafat baik secara teoritis maupun tindakan, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selamat menumbuhkna motivasi.
2.      Meluaskan paradigma
Paradigma merupakan contoh; tasrif; teladan; pedoman; dipakai untuk menunjukkan gugusan sistem pemikiran; bentuk kasus dan pola pemecahannya. (Maulana dkk, 2011). Dengan demikian maka paradigma menyangkut kerangka berfikir, sistem berfikir, cara berfikir, metode berfikir yang kesemuanya menyangkut pandangan manusia terhadap segala sesuatu. Jika kita mempelajari filsafat maka kita harus memiliki landasan yang kokoh diantaranya adalah luasnya wacana intelektual kita tentang segala ilmu baik ilmu alam, bahasa, agama, maupun ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan semua ilmu itu awalnya adalah filsafat itu sendiri, filsafat menjadi induk ilmu pengetahuan bahkan pendamping ilmu pengetahuan. Kerangka filsafat juga dipakai dalam menelaah ilmu pengetahuan. Dengan demikian secara konkrit kita wajib mendalami ilmu-ilmu alam seperti matematika, kimia, fisika, biologi, kosmologi dan sebagainya, ilmu sosial seperti ekonomi, antropologi, estetika, etika, geografi, sejarah, agama serta ilmu bahasa dan sastra, di lain sisi kita perlu mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan kerangka epistimologi seperti logika, analogi, silogisme, teori kebenaran, mazhab berfikir, kerangka berfikir, metode ilimiah dan sebagainya sehingga menambah wawasan kita dan menjadi bekal dalam mempelajari filsafat. Keluasan wawasan akan sangat membantu pelajar dalam mempelajari filsafat, karena bagaimana pun juga akan ada keterkaitan antara segala ilmu dengan filsafat itu sendiri. Contoh-contoh dalam filsafat pun diejawantahkan melalui ilmu-ilmu yang sebelumnya telah kita pelajari.
3.      Memunculkan inspirasi
Inspirasi diartikan sebagai intuisi; ilham; pengaruh (dari dalam yang membangkitkan kreatif; penarikan napas ke dalam). (Maulana dkk, 2011). Dengan pengertian seperti di atas maka kita patut mempertanyakan bagaimana mendatangkan ilham itu? Bagaimana memunculkan pengaruh luar biasa yang membangkitkan kreativitas? Banyak cara yang dilakukan manusia dalam menggapai inspirasi maksimal, ada yang mengambil jalan meditasi, memandang pemandangan indah alam semesta, saat hendak tidur malam hingga terbawa dalam mimpi, memandang orang yang dicintai, bahkan ada satu cerita menarik seseorang dapat mendapatkan inspirasi dikala sedang berada di dalam WC, sambil BAB dengan sebatang rokok di tangan sesekali mengisap rokok tersebut sambil angan-angannya/imajinasinya melayang liar di alam ide untuk mencari inspirasi yang diinginkannya. Mungkin pembaca punya cara lain dalam memunculkan inspirasi berharga. Inspirasi adalah hal menarik dan mewah yang secara gratis dapat kita peroleh, oleh karena inspirasi sangat penting dalam realitas kehidupan kita.
Dalam kaitannya dengan filsafat kita dapat mencontohi Abraham/Ibrahim AS dalam mencari tahu Tuhannya, Abraham terinspirasi lewat alam dan memadukan antara inspirasi dan penasaran serta mengambil kesimpulan dari sesuatu yang membingungkan, mencengangkan dan menakjubkan. Mungkinkah kita melakukan hal yang sama? Alam adalah lahan inspirasi yang sangat luar biasa? Mari kita berfilsafat dengan menghadirkan berbagai macam pertanyaan inspirasi, siapakah perancang alam semesta ini? Bagaimana caranya menciptkan alam dan manusia? Dari mana asal manusia? Jika mati manusia akan kemana? Apakah suatu saat alam akan musnah? Apakah ada kehidupan lain di planet lain selain bumi? Apakah benar ada malaikat, iblis dan jin? Dimanakah makhluk-makhluk itu tinggal? Mungkin pembaca akan menambah daftar pertanyaan lagi agar semakin banyak pertanyaan dan mari bersama berfilsafat untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan sendiri. Mungkinkah jawaban kita akan berbeda dan beragam.
4.      Belajar sejarah Filsafat
Banyak orang tertarik dengan filsafat melalui sejarahnya, hal ini dibuktikan dengan menariknya membaca biografi para tokoh filsuf yang menginspirasi serta memotivasi pembaca untuk senantiasa bisa seperti tokoh yang dikaguminya itu. Orang merasa bangga ketika berbicara di forum-forum ilimiah dengan mengutip kata-kata, teori, hipotesis bahkan ajaran filosof dari sang filsuf yang dihormatinya. Tokoh-tokoh filsuf laksana nabi-nabi yang juga mengajarkan ajaran dan pemikirannya bahkan memiliki pengikut yang banyak. Tokoh filsuf dengan pemikirannya mampu mempengaruhi dunia dan menyelinap masuk ke sendi-sendi kehidupan umat manusia. Jika kita amati perkembangan sejarah filsafat tentu kita bisa lihat filsafat berawal dari mitologi (mitos) yang berubah wujud secara perlahan ke arah filsafat, zaman patristik, awal skolastik, keemasan skolastik, akhir abad pertengahan, zaman modern (1600-1800 M), zaman baru (1800-1950 M) hingga pada era milenium zaman IPTEK saat ini.


Sholat Tanpa Mengucapkan Al-Fatihah Sia-sia

Seberapa pentingkah Al-Fatihah, surah pertama Al-Quran, buat orang Islam? Perhatikanlah hadits berikut: “Tidak ada (tidak sah) shalat bagi [orang] yang tidak membaca Fatihah al-Kitab” (HR. Bukhari).
Sholat Tanpa Mengucapkan Al-Fatihah Sia-sia
Ada 1.4 milyar orang Islam di dunia. Jika Al-Fatihah diucapkan 17 kali per hari saat sholat oleh setiap orang Muslim, berarti Al-Fatihah diucapkan hampir 24 milyar kali setiap hari. Jika hanya 50 persen orang Islam taat sholat, itu masih berarti 12 milyar kali. Dengan demikian, kita salah bukan bila kita mengatakan bahwa Al-Fatihah doa terpopuler dalam sejarah dunia?!
Tetapi, apakah Al-Fatihah memuat arti rahasia tentang Allah dan kehidupan ini, yaitu arti yang tersembunyi? Siapakah Yang Dapat Membuka Rahasianya?
Al-Quran menekankan bahwa Isa Al-Masih adalah yang terkemuka di bumi dan di akhirat! (Qs 3:45) Al-Quran juga menekankan bahwa Isa Al-Masih benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Artinya Isa Al-Masih mempunyai pengetahuan yang melebihi manusia biasa (Qs 43:61).
Kitab Injil mendukung dengan menekankan bahwa Isa Al-Masih adalah “hikmat Allah” (Injil, Surat I Korintus 1:24). Apakah rahasia Al-Fatihah yang tersembunyi dapat dibuka dalam terang Isa Al-Masih, hikmat Allah? Walaupun Al-Fatihah diucapkan dalam bahasa Arab, tapi dalam renungan ini hanya menggunakan bahasa Indonesia.
Pantaskah mengucapkan sebuah doa berulang kali, hari demi hari tanpa tahu artinya secara dalam? Karangan pendek yang akan Anda terima, akan menolong Anda mendoakan Al-Fatihah dengan makrifat. Orang Kristen juga perlu tahu isi Al-Fatihah, karena surah ini memainkan peranan inti dalam akidah Islam. Anda perlu mengerti doa mulia ini yang dijunjung tinggi oleh saudara-saudara sebangsa!
Al-Fatihah yang berarti “Pembuka” begitu dicintai oleh orang Islam. Sehingga diberi banyak nama sbb:
Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang), Ash-Shalah (Shalat), al-Hamd (Pujian), Al-Wafiyah (Yang Sempurna), al-Kanz (Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Obat), al-Kafiyah (Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Doa), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan). Bukankah jelas bahwa tujuh ayat singkat Al-Fatihah yang begitu dihargai, harus diselidiki secara mendalam? Janganlah menjalankan hidup Anda dan terus buta huruf mengenai rahasia-rahasia yang tersembunyi dalam Al-Fatihah!


Belajar Dari Kesalahan Dan kegagalan Itu Luar Biasa

Tidak ada orang yang suka berbuat kesalahan. Namun jika anda ingin melewati hidup dengan baik, maka tidak ada jaminan bagi anda untuk tidak melakukan kesalahan. Jika anda dapat belajar dari kesalahan dengan tepat, maka anda akan mendapatkan bahan bakar baru untuk maju kedepan.
Anda harus menyadari bahwa kesalahan adalah bagian yang penting dalam pengembangan diri. Jangan termenung terus dengan rasa bersalah dan penyesalan, pelajari bagaimana anda dapat belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut.
1.      Minta Maaf dengan Tulus dan Sungguh-sungguh
Jika anda telah melakukan kesalahan yang menyakiti/membahayakan orang lain, sangat penting bagi anda untuk segera meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Pastikan bahwa itu adalah betul-betul suatu kecelakaan yang tidak akan terulang. Permintaan maaf yang baik akan mengembalikan tingkatkepercayaan orang tersebut pada anda.
Sebaliknya, jika anda tidak meminta maaf, maka kemungkinan besar orang tersebut akan menyerang anda.
Akan sangat efektif jika anda meminta maaf secara pribadi dibandingkan lewat surat atau email. Namun, begitu anda telah mendapatkan maaf, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi, karena itu adalah suatu kekonyolan dan sangat menjengkelkan. Segera perbaiki tindakan-tindakan anda.
2.      Jangan Menjadi Seorang Yang ’Perfectionist’
Jika anda menjalani hidup dengan ketakutan untuk melakukan kesalahan, maka anda akan menghabiskan hidup anda dengan tidak melakukan apa-apa. Bukan masalah jika anda melakukan kesalahan, karena sekali lagi itu adalah bagian penting dari hidup agar anda terus maju. Semakin banyak tanggung jawab yang anda pikul, kemungkinan anda melakukan kesalahan pun semakin sering.
Jika anda selalu ingin merasa semuanya sempurna, selalu ingin menghindari kesalahan-kesalahan sekecil apapun, hal itu lama kelamaan akan membentengi diri anda secara psikologi dan anda menjadi tidak berani dalam mengambil resiko.
3.      Jangan Membuang Waktu Dengan Mencari Pembenaran
Kita manusia mempunyai sifat alami untuk mencari pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Ketika kita melakukan kesalahan, rata-rata reaksi pertama kita adalah menyalahkan orang lain.
”Ya, saya telah menabrak mobil di depan saya, tapi itu adalah karena teman saya yang selalu mengajak saya bergosip sehingga konsentrasi saya terpecah…”
”Saya tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai jadwal karena komputer saya mengalami gangguan …”
Perlu anda ketahui, ketika kesalahan telah dibuat, atasan anda sama sekali tidak tertarik dengan pembenaran-pembenaran yang anda buat. Kita mencari pembenaran karena ego kita yang tinggi. Kadang-kadang, hal terbaik yang perlu diucapkan, sangat sederhana : ”Ya, saya telah melakukan kesalahan.”
4.      Pahami Mengapa Kesalahan Tersebut Dapat Terjadi
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai macam kesalahan. Untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama dua kali, anda harus memahami akar permasalahannya.
Sebagai contoh, anda seringkali berbicara dengan nada cepat danmarah; sering anda mengeluarkan kata-kata yang kurang baik. Anda harus mencari tahu apa yang menyebabkan anda marah pada saat itu. Mungkin anda merasa sangat lelah atau kepala anda sedang sakit. Jika anda melakukan kesalahan karena anda begitu lelahnya, cobalah untuk tidak tidur sampai larut malam. Jika anda merasa stress, carilah jalan untuk membuat anda relax.
5.      Hindari Mengulang Kesalahan Yang Sama
Anda harus menghindari perasaan bersalah yang terus menerus karena telah berbuat kesalahan, namun pada saat yang sama, anda harus mencari jalan pemecahan dan melakukan tindakan perbaikan. Jika anda mengulang kesalahan yang sama, hal tersebut menunjukkan bahwa anda tidak mengalami suatu kemajuan dan menyebabkan kerugian/penderitaan yang berulang.
Seringkali kesalahan disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Untuk mencegah kesalahan yang sama berulang, anda harus menghapuskan kebiasaan buruk tersebut. Hal ini memang tidak mudah dan membutuhkan usaha ekstra untuk merubah kebiasaan. Bagaimanapun, semakin cepat anda bisa merubah kebiasaan buruk tersebut, semakin cepat anda menghindari melakukan kesalahan yang sama.
6.      Kesalahan Adalah Kesempatan Untuk Belajar
Dari kesalahan-kesalahan yang telah anda buat, tentu saja anda akan semakin berkembang dan bijak. Kesalahan-kesalahan, dalam hubungannya dengan keberanian mengambil resiko, merupakan sesuatu yang krusial untuk kesuksesan anda. Hal yang terpenting adalah melihat kesalahan sebagai batu loncatan untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih baik


Penyadaran Pola Pikir Filsafat

Di tengah perdebatan antara paradigma pendidikan Aristotelian (pembiasaan dan pengkondisian) dan Platonian (pengetahuan), saya ingin menawarkan satu pandangan, yakni pendidikan sebagai penyadaran (to be aware). Untuk menjalani proses penyadaran ini, orang harus belajar melupakan semua informasi maupun pengetahuan yang telah ia peroleh. Ia juga perlu berhenti menganalisis segala peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya. Orang harus belajar untuk unlearn.
Setelah semua informasi dan pengetahuan ditunda, dan pola berpikir analisis dihentikan, pendidikan harus mengajak orang untuk merasa, yakni merasa dengan keseluruhan eksistensi diri. Kejujuran tidak lagi sekedar konsep ataupun informasi, melainkan menjadi “rasa kejujuran” yang menempel di dalam seluruh diri. Kemurahan hati tidak lagi sekedar kebiasaan, yang sebelumnya dilatih dalam proses pengkondisian, melainkan menjadi gerak keseluruhan diri yang muncul dari perasaan yang mendalam tentang realitas itu sendiri.
Pada titik ini, pendidikan tidak lagi soal menghafal fakta, atau membangun kebiasaan, melainkan soal membangkitkan kesadaran diri manusia terhadap diri dan lingkungannya. Untuk melahirkan kesadaran semacam ini, orang perlu belajar untuk berhenti belajar (unlearn), dan melepaskan diri dari segala pola kebiasaan yang mencekik diri. Kesadaran mengubah cara orang di dalam melihat dunianya. Dan dengan itu, kesadaran mengubah seluruh diri manusia. Ia menjadi manusia yang bebas, bermartabat, sekaligus aktif membangun dunia dengan kebebasannya.
Ia tidak lagi menjadi bank informasi, yang hanya pandai menyerap dan memuntahkan informasi belaka. Ia tidak lagi menjadi robot-robot hasil bentukan lingkungan sosialnya melalui proses pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan sistematik, sehingga menjadi pribadi yang tak mampu berpikir kritis, apalagi mengubah dunia ke arah yang lebih baik. Membangun kesadaran berarti menolak untuk tunduk pada satu atau dua pola pendidikan yang seringkali memenjara jiwa, melainkan melihat realitas apa adanya dengan segala rasa yang ada di dalam eksistensi diri manusia, lalu bertindak atas dasar rasa serta kebebasan itu.
Kualitas sebuah bangsa tidak dilihat dari tingkat ekonominya semata, tetapi dari kualitas pribadi orang-orang yang ada di dalamnya. Pribadi yang mirip bank informasi dan robot-robot patuh tidak akan membawa peradaban ke arah keagungannya, melainkan justru merusaknya. Pendidikan di Indonesia perlu menjadikan penyadaran sebagai jantung hati paradigma maupun kebijakan-kebijakannya. Hanya dengan begitu, kita bisa membangun harapan yang konkret akan masa depan yang lebih baik dan bermartabat untuk anak-anak kita.

Belajar Dari Kisah kura-Kura dan Kelinci

Kita bisa belajar dari dari kisah kura-kura dan kelinci dibawah ini. Masing-masing mensykuri kelebihan yang mereka miliki dan ketika diwujudkan dalam kerjasama,  hasilnya menjadi lebih bahkan sangat baik.
Dikisahkan seekor kelinci berlomba adu cepat dengan kura-kura. Singkat cerita lombapun dimulai. Ketika sudah merasa bisa meninggalkan kura-kura, sang kelinci bristirahat dan akhirnya tertidur. Bahkan ketika kura-kura berjalan melewatinya sang kelinci pun tak mengetahuinya.  Jadilah kura-kura juara.  Pada tahap ini berlaku filosofi alon-alon asal klakon , mampu mengalahkan orang yang santai dan berleha-leha.
Sang kelinci pensaran dan menantang lomba lagi. Kali ini dia berlari penuh semangat secepat ia mampu melakukannya. Dia fokus pada tujuan yang hendak dicapai yaitu finish. Strategi ini membuat kelinci menang. Hal ini membuktikan bersungguh sungguh, fokus dan penuh semangat akan mampu mengalahkan prinsip alon-alon tadi. Kali ini kura-kura yang menantang kelinci untuk berlomba kembali. Syaratnya, kura-kura yang menentukan rutenya. Awalnya kelinci lebih cepat, namun tiba-tia ia kehabisan akal ketika ia harus menyeberangi sungai. Maka kura-kura pun menang, karena ia mempergunakan dengan baik kemampuan dan kelebihan yang ia miliki. Jadi, kalau ingin bersaing dengan orang-orang yang bersungguh-sungguh, punya semangat, dan memilki tujuan yang jelas, maka kita harus mengenal baik apa yang menjadi kelebihan kita ( core competence) .
Sang kelinci sedih karena kalah lagi. Kura-kura menyapa, "Bagaimana kalau besok kita berlomba bersama. Bila di darat kau gendong aku dan bila di sungai aku menggendong engkau." Kelinci menyetujui. Hasilnya, mereka mampu mencapai finis lebih cepat dan sama2 menjadi juara. Itulah, kerja sama tim yg didukung oleh anggota tim yg memiliki gairah, semangat, dan fokus. Siapa memiliki core competence ia akan menghasilkan sesuatu yg jauh lebih baik, lebih cepat, dan lebih berkualitas. Insya Allah.


Apakah Kita Bebas?

Apakah ikta ini bebas? Apakah kebebasan kita hanya sekedar ilusi? Para filsuf telah lama berdebat soal ini. Penelitian terbaru di bidang neurosains (neuroscience) membuktikan, seperti diyakini oleh beberapa ilmuwan besar abad ini, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi. (Nahmias, Is Neuroscience the Death of Free Will?, 2011)
Duduk Permasalahan
Pada 2002 lalu seperti dikutip oleh Nahmias, Daniel Wegner, seorang psikolog, menyatakan begini, “Seolah bahwa kita ini adalah agen. Tampaknya kita menyebabkan hal-hal yang kita lakukan… namun cukup menyadarkan kita dan amatlah akurat untuk menyebut ini semua sebagai ilusi.” Di tempat lain seorang ahli neurosains terkemuka, Patrick Haggard, menyatakan, “Kita jelas tidak memiliki kehendak bebas. Tidak dalam arti yang kita pikir.” Di bidang yang sama, Sam Harris bilang begini, “Tampaknya anda memang adalah seorang agen yang bertindak sesuai dengan kehendak bebas anda. Masalahnya adalah bahwa sudut pandang ini tidak dapat berjalan bareng tentang apa yang kami ketahui soal otak manusia.”
Media massa dan dunia ilmu pengetahuan AS menanggapi pernyataan-pernyataan tersebut dengan antusias dan penuh kontroversi. Jika orang tidak bebas, maka ia tidak bisa diminta bertanggungjawab atas perbuatannya, dan konsep tanggung jawab moral serta legal pun tidak dapat dituntut darinya. Di sisi lain menurut saya, matinya kehendak bebas (free will) berarti matinya satu-satunya hal yang secara mendasar membedakan kita dari mahluk hidup lainnya. Kita kehilangan tanda bahwa kita memiliki jiwa, dan tanpa jiwa, kita tak punya hak-hak asasi, maka bisa diperlakukan sebagai benda-benda saja yang dapat diganti, jika sudah tak berguna.

Dari sudut pandang ilmu hukum, kehendak bebas adalah sesuatu yang amat penting, karena itu berarti, orang bisa bertanggungjawab sepenuhnya atas kesalahan mereka, dan, dari sisi pendidikan, orang layak menerima pujian, jika mencapai prestasi tertentu. Menurut penelitian Nahmias ketika orang dihadapkan pada argumen, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi, maka ia akan cenderung untuk bertindak semaunya, seperti mencontek dan amat enggan membantu orang lain yang tengah mengalami kesulitan. (Nahmias, 2011)

Filosofi Jantung dan Hati

Kita adalah manusia yang diciptakan amat sempurna oleh Allah SWT. Alhamdulillah, dan kita harus mengucap syukur terhadap yang telah Dia berikan kepada kita semua. Kita mempunyai sepasang mata yang indah, hidung untuk bernafas, lidah untuk berbicara, otak untuk berfikir, dan hati untuk perasaan kita :) Ini yang akan saya bahas di sini mengenai "hati untuk perasaan kita". 
Pada zaman dahulu, para Sumerian Assyrian menganggap manusiaberpikir dan berperasaan dengan menggunakan organ hati (liver). Namun hal ini dibantah oleh Aristoteles yang beranggapan bahwa untuk berpikir dan berperasaan,manusia menggunakan jantung (heart). Kedua pendapat ini membawa pengikut masing-masing, sehingga penggunaan istilah liver berkembang ke daerah Selatan, terutama Asia, dan heart berkembang ke Utara, khusunya Eropa.
Yang terjadi kemudian, penduduk belahan bumi selatan mengungkapkan perasaaannya ("hatiku senang", "sungguh menyesakkan hati") sambil menyentuh daerah hati atau liver, sementara penduduk belahan bumi Utara menyentuh daerah jantung ("I love you with all my heart","Myheartwasbroke").
Namun perkembangannya kemudian semakin rancu, terutama di negeri kita. Heart yang dimaksudkan sebagai jantung diterjemahkan menjadi "hati". Maka ketika mengatakan "kau selalu ada di dalamhatiku" (You are always in my heart), yang selalu kita raba adalah daerah jantung bukan hati.
Oleh karena kerancuan masalah pemahaman tentang hati dan jantung ini maka hingga sekarang oun orang menganggap hati sebagai kualitas subyektif. Saat seseorang mengatakan "hatiku hancur" itu artinya perasaan atau emosinya yang hancur atau sedih. Pula kalimat "hatiku sedang berbunga-bunga" menunjuk pada perasaan seseorang yang bergembira.
Padahal sebetulnya, hati itu sebetulnya, hati itu obyektif, berupa benda. Dan kalau berdasarkan pada apa yang telah kita bahas pada bab sebelumnya. peraasaan muncul dari pikira. Seseorang yang memikirkan pemutusan hubungan sepihak yang baru dilakukan pacarnya, maka hatinya akan merasakan sedih. Seseorang yang memikirkan kenaikan gajinya ternyata melebihi karyawan yang lain maka hatinya akan merasakan kegembiraan.

Pertanyaannya, betulkah (organ) hati yang merasakan itu? Betulkah (organ) hati yang berhubungan dengan otak? Jawabnya : tidak, Jantunglah yang merasakan apa yang otak anda pikirkan. Ketika kita berpikir takut, jantunglah yang berdebar, bukan hati. Ketika pikiran anda kacau atau stress, maka pola irama jantung Anda menjadi tidak normal, bahkan bisa berakibat pada kesehatan fisik Anda

Makna Filosofi Puasa Ramadhan Menurut Imam Ghazali

Semua yang disyariatkan ajaran agama Islam ataupun yang dilarangnya  pasti mengandung nilai-nilai (makna) filosofisnya. Barang kali hanya saja kita belum mampu mengatahui dan menghayatinya. Seperti halnya dengani badah-ibadah lainnya, maka ibadah puasa pun setidaknya ada enam nilai filosofis yang dikandungnya.
Ramadhan kita jalani selama berhari-hari sebulan penuh. Kita merasakan lapar dan haus setiap kali matahari berada ujung kepala. Apalagi bagi kita yang masih beraktivitas dan bekerja hingga waktu siang. Perut terasa sakit dan tenggorokan dahaga, ditambah lagi terik yang mengucurkan keringat.
Bukan cuma menahan diri dari makan dan minum, tetapi selama puasa kita harus menahan diri dari semua yang membatalkan. Sebagian dari hal yang membatalkan puasa ialah memasukkan benda (padat atau cair) ke dalam tubuh, baik melalui mulut, telinga, hidung, maupun lubang-lubang tubuh lain. Orang yang berpuasa juga harus menekan diri dari syahwatul farji yaitu bersetubuh, atau barangkali “onani/masturbasi”.
Secara kasat mata, puasa hanyalah ibadah badaniyah (ibadah fisik) yang mampu melatih tubuh untuk lebih mandiri dan membiasakan diri dari bersenang-senang. Perut dilatih untuk tidak makan dalam durasi yang lebih lama dari hari-hari biasa. Bagi yang sudah menikah, dilatih untuk tidak berhubungan badan dengan pasangannya di siang hari.
Namun ternyata, puasa bukanlah soal fisik semata, melainkan penempaan batin dari hawa nafsu. Semua ibadah yang disyariatkan Allah tentu penuh dengan rahasia tersembunyi. Jarang sekali yang merenungkannya dan memahami, hingga dijiwai sebagai syariat. Banyak perbuatan orang puasa yang secara syariat tidak membatalkan puasa, namun mnggugurkan pahala besarnya.
Imam Muhammad al-Ghazali, seorang sufi yang sangat memahami ilmu fiqh, memberikan gagasan tentang rahasia puasa. Sebagai seorang ahli fiqh sekaligus ahli tasawuf, Imam Ghazali tidak melulu memandang puasa sebagai ibadah badaniyah. Oleh karena itu, gagasannya tentang rahasia puasa pun menyadarkan kita akan pentingnya menunaikan ibadah puasa secara lahir batin.
1.      Menundukkan mata dan mencegahnya dari memperluas pandangan ke semua yang dimakruhkan, dan dari apapun yang melalaikan hati untuk berdzikir kepada Allah.
2.      Menjaga lisan dari igauan, dusta, mengumpat, fitnah, mencela, tengkar, dan munafik.
3.      Menahan telinga dari mendengar hal-hal yang dimakruhkan. Karena semua yang haram diucapkan, haram pula didengarkan. Allah menyamakan antara mendengar dan memakan perkara haram, “sammaa’uuna lil kadzibi akkaaluuna lis suht”.
4.      Mencegah bagian tubuh yang lain seperti tangan dan kaki dari tindakan-tindakan dosa, juga mencegah perut dari makan barang syubhat ketika berbuka. Mana mungkin bermakna, orang berpuasa dari makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Ibaratnya seperti orang yang membangun gedung tetapi menghancurkan kota. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Banyak sekali orang yang berpuasa namun yang ia dapat hanya lapar dan haus. Ia adalah orang yang berbuka dengan haram. ”Wa qiila, “Ia yang berpuasa lalu berbuka dengan memakan daging sesama, yaitu dengan ghibah.”
5.      Tidak memperbanyak makan ketika berbuka, mengisi perut dan mulut dengan tidak sewajarnya. Maka, apalah arti puasa jika saat berbuka seseorang mengganti apa yang hilang ketika waktu siang, yaitu makan. Bahkan, justru ketika Ramadhan makanan akan lebih beragam. Apa yang tidak dimakan di bulan-bulan selain Ramadhan malah tersedia saat Ramadhan. Padahal, maksud dan tujuan puasa ialah mengosongkan perut dan menghancurkan syahwat, supaya diri menjadi kuat untuk bertakwa.
6.      Supaya hati setelah berbuka bergoncang antara khouf (takut) dan roja’ (mengharap). Karena, ia tidak tahu apakah puasanya diterima dan ia menjadi orang yang dekat dengan Allah, ataukah puasanya ditolak dan ia menjadi orang yang dibenci. Dan seperti itulah adanya di seluruh ibadah ketika selesai dilaksanakan.
Rahasia-rahasia yang dipaparkan oleh Imam Ghazali ini bisa kita perhatikan baik-baik, di mana puasa bukan hanya tentang perut. Puasa adalah berpuasanya seluruh tubuh, puasanya mata, puasanya kaki, puasanya tangan, puasanya telinga, bahkan hati pun ikut berpuasa. Puasa tidak hanya dipandang secara syariat antara sah dan batal. Karena yang puasanya sah hingga tebenam matahari belum tentu diterima oleh Allah. Melainkan puasa yang menyeluruh dari raga hingga jiwa. Wallahu a’lam bis shawab


Falsafah Keperawatan

1.      Definisi Falsafah Keperawatan
Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai mahluk yang holistic, yang harus dipenuhi kebutuhan biologi, psikologi, social, cultural dan spiritual melalui upaya asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis, dengan memperhatikan aspek kemanusiaan bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa membedakan suku, agama, status social dan ekonomi.
2.      Perbedaan falsafah keperawatan dengan falsafah dari disiplin ilmu lainnya
Falsafah keperawatan memandang manusia  secara holistic sehingga harus dipenuhi kebutuhannya secara utuh/ holistic dan  komprehensif juga.  Hal ini tidak ditemukan pada falsafah profesi yang lain.  Esensi keperawatan  memandang bahwa pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan.
Contohnya :
a.       Ketika klien sakit fisik maka tidak menutup kemungkinan untuk sakit psikisnya juga, keluarga klien ikut merasakan sakit karena harus menunggui anggota keluarganya yang sakit, sehingga secara ekonomi, peran atau pungsi keluarga, ikut terganggu. Selain itu komunitas tempat keluarga tinggal juga dapat terpengaruhi jika keluarga tersebut memiliki peran yang besar di komunitasnya.
b.      Pada pasien yang menderita penyakit stadium terminal yang menurut terapi medis sulit disembuhkan dan tergantung dari alat untuk menopang hidupnya, maka dalam asuhan keperawatan juga masih tetap dapat dijalankan melalui banyak cara, seperti terapi religious, tetap memanusiakan manusia, mengikutsertakan keluarga dalam mempersiapkan kematian dll.


Falsafah dan Paradigma Keperawatan Perkembangan Ilmu Keperawatan

Falsafah Keperawatan
1.      Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2.      Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat
1.      Manusia adalah individu yang unik holistic
2.      Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
3.      Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
4.      Proses keperawatan
5.      Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6.      Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
Paradigma Keperawatan
1.      Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.
2.      Unsur paradigma keperawatan
https://beequinn.files.wordpress.com/2012/09/paradigma-kep.jpg?w=645
Keperawatan
1.      Memberikan layanan kesehatan
2.      Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
3.      Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
4.      Melaksanakan intervensi keperawatan :
1)      Promotif
2)      Preventif
3)      Kuratif
4)      Rehabilitatif
Manusia
1.      Manusia sebagai makhluk unik
2.      Mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda
3.      Manusias ebagai sistema daptif/terbuka memerlukan berbagai masukan dari subsistem dan suprasistem .
4.      Manusia sebagai makluh holistik
1)      Manusia sebagai makhluk bio
2)      Manusia sebagai makhluk psiko
3)      Manusia sebagai makhluk social
4)      Makhluk sebagai makhluk spiritual
Kebutuhan Manusia
·         Kebutuhan aktualisasi diri
·         Kebutuhan harga diri
·         Kebutuhan cinta dan dicintai
·         Kebutuhan keselamatan dan keamanan
·         Kebutuhan fisiologis
Sehat-Sakit
·         Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO)
·         Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif (parson)
·         Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992)
Sakit
·         Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi kondisi penyesuaian ( parson).
·         Sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun (Bauman).
·         Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas jasmani maupun sosial (perkins).