A.
Pengertian dan
Sejarah Patristik
Dalam sejarah, pada awal abad masehi agama Kristen
telah tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk yang mengagumkan yang
ditandai dengan kecanggihan intelektual Thomas Aquinas tentang eksistensi
Allah, manusia dan lain-lain.
Sebelumnya, tampil orang-orang seperti Rasul Paulus,
dan Rasul Yohanes yang menghadapkan kepercayaan Kristen dengan kepercayaan yang
bukan Kristen pada waktu itu. Sejarah menunjukkan suatu pergumulan yang
menentukan hidup, dan mati agama baru ini, dimana-mana agama Kristen ditentang,
baik oleh penguasa maupun oleh pemikir pada saat itu, akan tetapi kemudian
orang-orang atas (para pemikir) tersebut menjadi pengikut agama Kristen.
Timbulnya agama Kristen pada abad masehi menyebabkan
filsafat menduduki tempat baru yakni :
1.
Hikmah
hidup yang dikemukakan oleh filsafat.
2.
Hikmah
hidup yang dikemukakan oleh agama Kristen.
Saling konfrontasi, konfrontasi sebenarnya telah
tampak pada kitab suci Kristen sendiri dengan tampilya Rosul Paulus dan
Yuhanes. Kristen ditentang oleh pengusa dan ahli pikir. Golongan pemeluk
Kristen dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Rakyat
Jelata (Orang sederhana) masa ini tidak ada perbedaan secara falsafi.
b.
Ahli
pikir (Golongan atas) mulai menentukan sikap teerhadap filsafat yunani.
Bangkitnya ahli pikir yang mempertahankan kepercayaan
Kristen disebut Patristik. Istilah patristik berasal dari bahasa latin yaitu
Pater yang berarti Bapak (para bapak gereja) zaman ini dimulai sampai dengan
abad ke-8. Pemikir dalam menanggapi filsafat terpecah menjadi beberapa golongan
:
1.
Menerima
karena filsafat Yunani dipandang sebagai persiapan menuju Injil.
2.
Menolak
filsafat Yunani, karena hasil pikiran manusia setelah ada wahyu tidak
dipergunakan lagi.
3.
Melebur
kepercayaan Kristen dengan filsafat Yunani.
B.
Pembagian Filsafat
Patristik
Filsafat patristik dibagai menjadi dua yaitu Patristik
Timur dan Patristik Barat.
1.
Patristik
Timur
Pemikiran filsafat agama Kristen dimulai
dari Apologit para pembela agama Kristen diantaranya Aristdes, Yustinus dan
Tatianus. Para apologit dalam pembelaanya dari tuduhan-tuduhan non Kristen
seperti Keristen munafik, pecundang, melakukan persetubuhan bebas, membenci
sesama, tidak mau menyembah dewa dan sebagainya, Jawaban apologi adalah fitnah,
sebab dalam kenyataannya orang Kristen menurut hukum Allah sehingga mereka
tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan seperti yang dilakukan oleh orang-orang
besar Keristen, mereka tidak membuang bayi, mereka tidak melakukan persetubuhan
berlebihan, bahkan mengasihi sesama.
Agama Kristen tidak mau menyembah dewa
tetapi Kristen percaya kepada Allah Yang Esa dan menyembahnya Kristen hanya ada
satu Allah saja yang transenden yang secara hakiki berbeda dengan manusia. Para
apologit memanfaatkan filsafat Yunani dalam pembelaanya seperti :
1.
Yustianus
Agama Kristen bukan agama baru, Agama Kristen lebih
tua dari filsafat Yunani, Nabi Musa telah menumbuhkan kedatangan Kristus, Musa
hidup sebelum Plato, Plato menurunkan hikmahnya dari hikmah Musa, filsafat
Yunani dipandang mengganggu hikmah dari kitab suci orang Yahudi.
Keyakinan Kristus adalah Logos, Kristus telah
membagi-bagikan logos kepada seluruh umat manusia, sehingga kepada yang bukan
Kristen juga tertanam rasa kebenaran. Logos berkerja kepada semua orang baik
intelektual maupun moral. Setiap orang yang mendapatkan bagian logos adalah
orang Kristen, sekalipun tidak dibaktis seperti Sucrates Orang Yunani kurang
mengerti akan pencerahan yang telah diberikan logos, sehingga menyimpang dari
ajaran yang murni hal ini karena pengaruh Demon yang dikepalai Iblis sehingga
bangsa Romawi banyak yang menghambat Kristen.
2.
Klemes
Pangkal pemikirannya adalah iman, di samping iman ada
hal yang lebih tinggi yaitu Gnosis. Iman berlaku bagi tiap-tiap orang Kristen.
Genosis diperlukan bagi orang-orang kristen yang dapat berfikir mendalam untuk
menerangi Iman. Seseorang yang telah memiliki Gnosis harus mematikan hawa
nafsunya dan kembali kepada Allah dalam satu kasih yang telah dibersihkan dari
hawa nafsu.
Klemes mengandalkan Iman, tanpa Iman tiada Gnosis,
Iman awal pengetahuan yang harus berkembang menjadi pengetahuan tetapi
pengetahuan tidak mengadakan Iman. Gnosis bagi Klemes Ilmu Sejati, suatu
pengetahuan yang pasti berdasarkan penguraian yang benar dan pasti. Orang yang
dianggap punya Ilmu Pengetahuan (berhikmah) jika akalnya meneguhkan pengetahuan
dengan uraian-uraian yang mempunyai bukti.
3.
Origenes
Iman kurang berguna bagi orang yang sudah
berpengetahuan, sebab iman diperlukan bagi orang yang sederhana yang tidak
mengerti Kitab suci secara Rohani. Menurut Origenes Kitab suci mempunyai 3
macam arti :
1)
Harfiah
/ Somatis berlaku bagi orang sederhana.
2)
Etis
/ Psikis diuraikan di dalam khutbah,
diperuntukan bagi orang psikis
3)
Pneomatis
/ rohani diperuntukan bagi teolog dan filosuf.
Allah adalah transenden, tidak bertubuh, esa tidak
berubah, Allah pencipta segala sesuatu, baik bersifat rohani maupun badani,
penciptaan Allah kekal abadi, sebelum dunia diciptakan Allah telah menciptakan
dunia lain yang mendahului dunia tampak, setelah zaman dunia ini akan ada dunia
yang baru.
Allah menciptakan dengan perantaraan anak, sejak kekal
anak diperankan bapak, sedangkan roh kudus keluar dari anak, anak Allah adalah
logos, ide segala ide. Hubungan Allah bapak, anak roh kudus sebagai subordinasi
artinya yang satu dibawah yang lain, yang satu lebih rendah dari pada yang
lain.
Roh diciptakan oleh Allah, tetapi roh tidak setia pada
Allah sehingga dibelenggu didalam tubuh. Jagat raya yang tampak disebabkan oleh
Dosa, semua bersifat bendawi akibat dosa, sekalipun demikian akibat tidak
kesetiaan tadi, tidak semuanya sama melaikan bertingkat. Ada roh yang memiliki
tubuh halus, ada roh yang memiliki tubuh kasar ada malaikat, ada manusia. Jiwa
manusia dapat juga naik tingkat menjadi malaikat. Seluruh roh pada akhirnya
akan kembali kepada Allah setelah mengalami banyak kelahiran dan akhirnya semua
mahluk baik yang jahat dan yang baik
akan selamat.
4.
Gregorius
Nazianze.
Akal manusia dengan sendirinya dapat mengenal Allah
dengan mempelajari hasil penciptaan Allah, manusia dengan akalnya dapat
mengetahui bahwa Allah ada sekalipun zat dan hakekatnya tersembunyi bagi
manusia. Mengetahui zat Allah manusia hanya dapat mengungkapkan secara negatif
seperti bahwa Allah tidak berubah, Tidak dilahirkan, tanpa awal, tidak berubah,
tidak binasa.
5.
Basilius
Hanya Allah yang tampak awal, sedangkan dunia berawal
awal dunia juga awal waktu, dunia dan waktu berhubungan secara timbal balik.
Ketika Allah menciptakan dimulai juga waktu, akan tetapi perbuatan Allah dalam
menciptakan tidak dikuasai oleh waktu, perbuatan menciptakan itu sendiri terjadi
diluar waktu.
6.
Gregorius
Iman dan pengetahuan mempunyai perbedaan, sumber dan
isi Iman berbeda dengan sumber dan isi ilmu pengetahuan, kepastian tidak dapat
dijelaskan dengan akal karena lebih tinggi dari kepastian akal. Pengetahuan
dengan akal dapat dipakai untuk membaca Iman, untuk menjabarakan Iman. Akal
dapat mengenal Allah dengan mempelajari hasil penciptaan tetapi pengetahuan
tidak menyelamatkan. Orang diselamatkan hanya dengan Iman.
2.
Patristik
Barat
Bagi
Patristik Timur, ada dua macam sikap terhadap filsafat yaitu : Aliran yang
menolak filsafat dan Aliran yang menerima filsafat. Dalam uraian selanjutnya
akan dibicarakan hal-hal yang penting saja.
a.
Tertullianus
Ajarannya materialism. Akal manusia dapat menemukan
adanya Allah dan menemukan sifat jiwa yang tidak dapat mati. Baik Allah maupun
jiwa bertubuh, sekalipun berbeda dengan tubuh jasmani. Allah adalah suatu zat
yang halus, jiwa terdiri dari zat yang halus yang bertubuh yang tembus sinar
sama seperti uap.
Jiwa tidak setiap kali diciptakan Allah, tetapi
pembentukan diteruskan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka. Jiwa
berasal dari seperma sang Ayah, sehingga setiap jiwa adalah suatu ranting dari
Adam, jiwa selalu mendapat dosa warisan dari Adam.
b.
Aurelius
Agustinus
Ia menentang sikap aliran spektis, sikap spektis
disebabkan karena adanya pertentangan batiniah. Barang siapa ragu-ragu
sebenaranya ia berfikir dan barangsiapa berfikir ia ada, aku ragu-ragu maka aku
berfikir dan aku berfikir maka akan berada. Pikiran dapat mencapai kebenaran dan
kepastian berfikir ada batasnya, namun dengan berfikir orang dapat mencapai
kebenaran yang tiada batasnya yang kekal abadi.
Kita lebih dapat mengataka Allah itu bukan apa dari
pada Allah itu apa, sebab Allah tidak dapat dimasukan kedalam kategoris yang dimiliki
manusia, Allah adalah roh yang esa tidak bertubuh, tidak berubah, tidak berada
dimana mana serta meliputi egala sesuatu. Manusia tidak dapat mengenal Allah
secara sempurna.
c.
Dionision
Allah adalah segala asala yang ada, yang keadaanya
transenden secara mutlak sehingga tidak mungkin memikirkan tentang dia dengan
cara yang benar dan memberikan kepadanya makna yang tepat, hal ini karena ia
mengatasi segala yang ada, segala yang dapat dipikirkan orang. Segala sesuatu
yang keluar dari Allah berusaha kembali kepada Allah, Didalam usaha kembali ini
manusia mencoba sedikit memikirkan tentang Allah dan menyebutnya. Percobaan ini
dapat dilakukan dengan tiga cara :
1)
Orang
dapat secara positif menyebut segala hal yang baik, yang terdapat dalam jagat
raya ini untuk Allah.
2)
Orang
dapat menyangkal, bahwa segala yang baik, yang ada pada Allah berada dengan
cara yang sama seperti adanya segala sesuatu didalam jagat raya ini.
3)
Orang
dapat meneguhkan, bahwa segala kesempurnaan ada pada Allah, dengan cara yang
tidak terhingga melebihi segala kesempurnaan makhluk. Usaha kembali kepada
Allah melalui jalan pikiran ini menjadikan hidup penuh arti.
Allah adalah terang, terangnya begitu gemilang,
sehingga mata manusia menjadi terlalu lemah untuk mengamatinya, akibatnya
terang itu menjadi kegelapan, sekalipun demikian manusia dapat menjadikan
matanya bias menerima terang itu, sehingga manusia dapat mengenal Allah yaitu
dengan jalan yang disebut di atas.
Dionisios menekankan kehendak bebas manusia, ia
menolak ajaran tentang kepindahan jiwa, dan penyamaan antar tubuh dan dosa.
Tubuh pada dirinya bukanlah dosa, kejahatan ada dimana tiada kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar