Minggu, 25 Desember 2016

TIGA MURID SOCRATES YANG MENGAKU MENERUSKAN AJARANYA

Diantara murid – muridnya Socrates, ada tiga orang yang megaku meneruskan pelajarannya, yaitu Euklides, Antisthenes, dan Aristippos. Sebenarnya, mereka hanya mengemukankan sebagian atau sedikit dari ajaran Socrates. Itupun diajarkan menurut paham merekan sendiri yang dicampur dengan pandangan filsafat lain yang sudah mereka pelajari lebih dahulu.
1. Euklides mengajarkan filsafatnya dikota magara, sebelum belajar pada Socrates, ia telah mempelajari filsafat Elea, terutama ajaran perminides yang mengatakan bahwa “ yang ada itu ada, satu tidak berubah ubah.”. pendapat ini disatukannya dengan etik Socrates. Lalu diajarkannya: yang satu itu baik. Hanya orang sering menyebut orang yang satu itu denga berbagai nama: tuhan, akal dan lainnya. Lawan yang satu itu tiada. Yang baik selalu ada, tidak berubah.
            Cara Euklides mempertahankan pendapatnya banyak sekali menyerupai dalil – dalil yang dikemukakan oleh Zeno, dari filosofi Elea. Filosof euklides ini tidak sama dengan Euklides ahli matematik, yang hidup kira – kira 100 tahun kemudian.
2.   Anthisthenes mula – mula adalah murid guru sofi Gorgias. Kemudian, dia menjadi pengikut Socrates, sesudah Socrates meninggal, ia membuka sekolah filsafat Di Athena dan diberi nama Gymnasium Kynusrges. Oleh sebab itu, ajaranya sering disebut filsafata dari mazhab kynia.
            Menurut ajaran Anthishenes, budi adalah satu – satunya yang baik. Diluar itu tidak perlu kesenangan hidup. Mencari kesenangan sebagai tujuan adalah perbuatan yang salah.  Budi adalah segala rasa cukup. Budi hanya satu dan dapat dipelajari. Siapa yang memiliki budi itu, ia tidak akan kehilangan lagi; untuk memiliki budi itu orang tidak perlu mempunyai kepintaran atau ilmu selain dari pandai menguasai diri cara Socrates.
3.  Aristippos mengajarkan filosofinya di Kyrena. Mula – mula, ia belajar pada guru – guru sofis, kemudian menjadi murid Socrates. Dalam ajaranya, ia sangat jauh menyimpang dari Socrates. Menurut pendapatnya, kesenangan hidup harus menjadian tujuan. Oleh sebab itu, ajaranya di sebut Hedonisme. Hanya saja, kesenganan hidup itu harus dicapai denga pertimbangan yang tepat, tidak boleh serampangan. Akal harus di pakai untuk menggunakan kesempatan yang ada.

            Sungguhpun Euklides, Anthisthenes dan Aristippos masing – masing mendirikan sekoalah Socrates sebagai tanda cinta kepada gurunya, mereka bukanlah pengikut Socrates yang paling setia terhadap ajaranya. Murid Socrates yang mengadopsi filsafat yang Socrates paling mendalam adalah Flato. ( Muhammad Hatta, 1988 ; 84 – 86)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar