Rabu, 21 Desember 2016

sistematika sejarah perkembangan filsafat

A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Apakah arti Filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikian pertanyaan yang pertama kali dilontarkan dalam mempelajari ilmu filsafat. Istilah filsafat dapat dilihat  dari dua segi, yaitu:
a.      Segi semantik: perkataan Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosopia, yang berarti philos adalah cinta, suka dan sophia adalah pengetahuan, hikmah. Jadi philosophia adalah cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta pada pengetahuan disebut philoshoper. Pecinta pengetahuan adalah yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau yang mengabdikan dirinya terhadap ilmu pengetahuan.
b.     Segi Praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, Filsafat berarti ” alam fikiran” atau  “alam berfikir”, berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir itu berfilsafat. Berfilsafat adalah befikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Tegasnya, Filsafat adalah hasil fikir seseorang yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, Filsafat adalah mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Menurut Harun Nasution Filsafat itu berasal dari dua bahasa yaitu Fil di ambil dari bahasa Inggris dan safah di ambil dari bahasa Arab. Berfilsafat artinya berfikir menurut tata  tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat dengan tradisi,dogma serta agama). Selain itu berfilsafat juga berarti berfikir sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya. Atas dasar pengertian seperti itu maka menurut harun, secara etimologi Filsafat dapat di definisikan sebagai:
1)     Pengetahuan tentang hikmah
2)     Pengetahuan tentang prinsif atau dasar-dasar segala sesuatu
3)     Mencari kebenaran
4)     Membahas secara mendasar dari apa yang dibahas
Kata shopia berkembang menjadi jenis pengetahuan yang lebih tinggi. Yakni jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran yang murni. Shophia dalam arti ini setidaknya terlihat dari rumusan phytagoras yang menyatakan bahwa hanya dzat yang maha tinggi (Allah) yang mampu memberikan kebenaran murni. Menurut phitagoras manusia hanya mampu sampai pada sifat “pecinta kebijaksaan”. Phitagoras menyatakan “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya meski ia tidak pernah menjadi hikmah itu sendiri.
Karena luasnya lingkungsn pembahasan ilmu Filsafat, maka tidak mustahil jika banyak di antara para ahli filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Yang di antarannya adalah sebagai berikut:
a)     Plato seorang filsuf Yunani yang termashur murid scrates dan guru dari Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada( Ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli ).
b)     Aristoteles mengatakan Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, rethorika, etika, ekonomi, politik dan estetika, ( Filsafat menyelidiki sifat dan asas benda).
c)     Marcus Tullius Cicero politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d)     Al-Farabi, Filsuf Islam terbesar sebelum Ibnu Siena, mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e)     Imanuel kant yang sering di sebut raksasa fikir barat, menyatakan: Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala ilmu pengetahuan.
f)      Prof.Dr. Fuad Hasan, guru besar Psikkologgi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar berfikir radikal, artinya mulai dari radiksnya gejala, dati akarnya suatu hal yang hendak di masalahkan, dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g)     Drs.H. Hasbullah Bakri merumuskan: Ilmu Filsfat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat di capai oleh akal menusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Setelah mempelajari rumusan-rumusan definisi tentang pengertian filsafat tersebut di atas dapatlah di simpulkan bahwa:
1.     Filsafat adalah “ Ilmu Istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat di jawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
2.     Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat yang ada yaitu:
Ø  Hakikat Tuhan
Ø  Hakikat alam semesta
Ø  Hakikat Manusia
Serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Orang yang pertama kali menggunakan istilah Filsafat adalah PythagoraS (572-497SM). Ketika itu ia ditanya oleh Leon tentang pekerjaannya, ia menjawab sebagai Philsophis artinya pencinta kearifan atau kebijaksanaan.
Ada beberapa ciri dalam Filsafat yaitu :
1)     Persoalan Filsafat bercorak sangat umum.
2)     Persoalan Filsafat tidak bersifat Empiris.
3)     Menyangkut masalah-masalah asasi.
1.     Filsafat sebagai Ilmu.
Dikatakan Filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian Filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat Deskriptif (penggambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab ( asal mula ) suatu obyek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat Kausalitas ( sebab-akibat ).
Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi dimasa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu : pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang, yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar utntuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pertanyaan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak. Pedoman yang selalu dipakai disebut Hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pengetahuan yang dipakai sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat Normatif.
Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam dan tidak lagi bersifat Empiris, sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban atau pengetahuan yang diperolenya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain ( selain Filsafat ) bergerak dari tidak tahu menjadi tahu, sedang ilmu Filsafat bergerak dari tidak tahu kepada tahu selanjutnya kepada hakikat. Untuk memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan ( sifat-sifat yang tidak harus ada ), sehingga akhirnya tinggal keadaaan/sifat yang harus ada ( mutlak ) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dalam diperolehnya.
2.     Filsafat sebagai cara berpikir.
Berfikir secara Filsafat dapat di artikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berpikir secara global. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a)     Harus Sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pla pengetahuan yang Rasional. Sisitematis adalah masing-masing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan. Sisitematika pemikiran seorang Filsuf banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.
b)     Harus Konsepsional
Secara umum istilah Konsepsional berkaitan dengan ide atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektial. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga maksud dari Konsepsional tersebut sebagai upaya untuk menyusun bagan yang terkonsepsi ( jelas ). Karrena berpikir secara Filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan proses.
c)     Harus Koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, maka uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren ( runtut ).
d)     Harus Rasional
Yang dimaksud dengan Rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya, pemikiran Filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir ( logika ).
e)     Harus Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran Filsafat harus melihat hal-hal menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
f)      Harus mengarah kepada pandangan dunia
Yang dimaksud adalah pemikiran Filsafat sebagai upaya untuk memahami suatu Realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan ( hidup ) dunia, termasuk didalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dunia.

B.    SISTEMATIKA PEMBAGIAN FILSAFAT
1.     Masa Yunani
Yunani terletak di Asia kecil. Kehidupan penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah yang mewarnai kepercayaan yang di anutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam yang beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat Formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia yang memberi kebebasan kepada manusia ( Natural Religion ). Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat Rasional ( Cultural Religion ) yang menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan Natural Religion berubah menjadi sistem Cultural Religion. Dalam sistem kepercayaan Natural Religion ini manusia terikat oleh Tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan Cultural Religion ini memungkinkan mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri kehidupan/alam dengan pikiran.
Ahli pikir yang pertama kali muncul adalah Thales ( 625-545 SM ) yang berhasil mengembangkan Geometri dan Matematika, Liokippos dan Demokritos mengembangkan teori materi Hipokrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan Geometri deduktif, Socrates mengembangkan teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembangkan teori yang menyangkut dunia dan benda dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang ( Ilmu Biologi ). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran ( Logika Formal ) yang sampai sekarang masih dikenal. Para ahli pikir Yunani kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi, konsepnya bersifat mitos yaitu Mite Kosmogonis ( tentang asal usul manusia ) dan Mite Kosmologis tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta ) sehingga konsep mereka sebagai mencari Arche  ( asal mula ) alam semesta. Hal itu disebutnya sebagai Filosof Alam. Karena arah pemikiran Filsafatnya pada alam semesta, corak pemikirannya disebut kosmosentris. Sementara itu, para ahli pikir, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik arah pemikirannya pada manusia, maka corak pemikiran Filsafatnya disebut Antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2.     Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya Filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan Filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka Filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran Filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat Teosentris. Menurut Pringgodigdo pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapat dukungan dari Karel Agung maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran Gramatika, dialektika, Geometri, Aritmetika, Astronomi, dan musik. Keadaan yang demikian akan mendorong perkembangan pemikiran Filsafat pada abad ke-13 yang di tandai berdirinya Universitas-universitas dan Ordo-ordo. Dalam ordo-ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk memajukan ilmu dan agama, seperti Anselmus ( 1033-1109 ), Abaelardus ( 1079-1143 ), Thomas Aquinas (1225-1274 ).
Di kalangan para ahli pikir Islam ( periode Filsafat Skolastik Islam ) muncul : Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Inbu Rusyd. Peiode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berkembang dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada Spanyol tahun 1492 mulailah kekuatan plitik Barat menjarah ke Timur. Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Filsafat. Di sini mereka merupakan matarantai yang mentransfer Filsafat Yunani, sebagai mana yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Peralihan pada abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah Filsafat disebut sebagai masa peralihan, yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme, yang berlangsung pada abad 15-16. Munculnya Renaissance dan Humanisme yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern inilah peranan Ilmu akan kodrat sangat menonjol sehingga akibatnya pemikiran Filsafat semakin dianggap sebagai pelayan Teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetaopkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.
3.     Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran Filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya Antroposentrik, yaitu pemikiran Filsafatnya mendasarkan pada akal pikiran dan pengalaman. Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Ranassance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern di mana para ahli ( Filosof ) menjadi pelopor perkembangan Filsafat ( kalau pada masa abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan Filsafat adalah para pemuka Agama ). Pemikiran Filsafat pada masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar secara modern. Pemikiran Filsafat di upayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran Filsafat diaarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan Ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode Eksperimental dalam berbagai penelitian Ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran Filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat ( Natural Sciences ). Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak bapak Filsafat modern berhasil melahirakan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu pasti kedalam pemikiran Filsafat. Upaya ini di maksudkan agar kebenaran dan kenyataan Filsafat juga sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang. Pada abad ke -18 perkembangan pemikiran Filsafat mengarah pada Filsafat ilmu pengetahuan, dimana pemikiran Filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara apayang di pakai untuk mensari kebenaran dan kenyataan. Tokoh-tokohnya adalah antara lalin George Berkeley ( 1685-1753 ), David Hume ( 1711-1776 ), dan Rousseau ( 1722-1778 ).
Di Jerman muncul Christian Wolft ( 1679-1754 ) dan Immanuel kant ( 1724-1804 ) yang mengupayakan agar Filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti bergunan, yaitu dengan cara membenntuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang kuat. Abad ke-19, perkembangan pemikiran Filsafat terpecah belah. Pemikiran Filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bengasa dengan pengetian dan caranya sendiri. Ada Filsafat Amerika, Filsafat Francis, Filsafat Inggris, dan Filsafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah : Hegel ( 1770-1831 ), Karl Marx ( 1881-1883 ), August Comte (1798-1857), JS. Mill ( 1806-1873 ), dan John Dewey ( 1858-1952 ). Akhirnya, munculnya pemikiran Filsafat yang bermacam-macam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran Filsafat yang mendominasi.
4.     Masa Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga di sebut filsafat kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran Filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti pertanyaan-pertanyaan. Masalah ini muncul karena realitas sekarang ini banyak bermunculan bebagai istilah yang cara pemakaiannya sering tidak di fikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beda pula. Maka timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian kata0kata yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menimbulkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa sebagai obyek terpenting dalam pemikiran filsafat, para fikir menyebutnya sebagai logosentris. Bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah yang hendak kita perbuat didalam masyarakat dewasa ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar