Apakah ikta ini bebas? Apakah kebebasan kita hanya
sekedar ilusi? Para filsuf telah lama berdebat soal ini. Penelitian terbaru di
bidang neurosains (neuroscience) membuktikan, seperti diyakini oleh
beberapa ilmuwan besar abad ini, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi.
(Nahmias, Is Neuroscience the Death of Free Will?, 2011)
Duduk Permasalahan
Pada 2002 lalu seperti dikutip
oleh Nahmias, Daniel Wegner, seorang psikolog, menyatakan begini, “Seolah bahwa
kita ini adalah agen. Tampaknya kita menyebabkan hal-hal yang kita lakukan…
namun cukup menyadarkan kita dan amatlah akurat untuk menyebut ini semua
sebagai ilusi.” Di tempat lain seorang ahli neurosains terkemuka, Patrick
Haggard, menyatakan, “Kita jelas tidak memiliki kehendak bebas. Tidak dalam
arti yang kita pikir.” Di bidang yang sama, Sam Harris bilang begini,
“Tampaknya anda memang adalah seorang agen yang bertindak sesuai dengan
kehendak bebas anda. Masalahnya adalah bahwa sudut pandang ini tidak dapat
berjalan bareng tentang apa yang kami ketahui soal otak manusia.”
Media massa dan dunia ilmu
pengetahuan AS menanggapi pernyataan-pernyataan tersebut dengan antusias dan
penuh kontroversi. Jika orang tidak bebas, maka ia tidak bisa diminta
bertanggungjawab atas perbuatannya, dan konsep tanggung jawab moral serta legal
pun tidak dapat dituntut darinya. Di sisi lain menurut saya, matinya kehendak
bebas (free will) berarti matinya satu-satunya hal yang
secara mendasar membedakan kita dari mahluk hidup lainnya. Kita kehilangan
tanda bahwa kita memiliki jiwa, dan tanpa jiwa, kita tak punya hak-hak asasi,
maka bisa diperlakukan sebagai benda-benda saja yang dapat diganti, jika sudah
tak berguna.
Dari sudut pandang ilmu hukum, kehendak bebas adalah
sesuatu yang amat penting, karena itu berarti, orang bisa bertanggungjawab
sepenuhnya atas kesalahan mereka, dan, dari sisi pendidikan, orang layak
menerima pujian, jika mencapai prestasi tertentu. Menurut penelitian Nahmias
ketika orang dihadapkan pada argumen, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi,
maka ia akan cenderung untuk bertindak semaunya, seperti mencontek dan amat
enggan membantu orang lain yang tengah mengalami kesulitan. (Nahmias, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar