Minggu, 25 Desember 2016

TIGA FASE ALIRAN NEOPLATONISME

Aliran Neoplatonisme mempunyai tiga fase, yaitu:
1.     Fase aliran Plotinus dan muridnya, porphyrius;
2.     Fase sirian dari lamblichus;
3.     Fase aliran Athena dari Plutarch dan proches. (Hanafi, 1991:32)
Plotinus adalah tokoh yang terpenting. Ia mendasarkan filsafatnya atas dua dialektika (dua jalan), yaitu:
·       Dialektika menurun,
·       Dialektika menarik.
Dialektka menurun digunakan untuk menjelaskan wujud tertinggi (the Wighest Being, atau the first, atau  At-Tabiatul-ula atau Al-Wujudul Awwal) dan cara keluarnya alam dari-Nya.
Dengan penjelsan wujud tertinggi itu, Plotinus terkenal dengan teorinya yang esa atau Esanya Plotinus. Dengan penjelasan kedua, yaitu keluarnya alam dari yang Esa. Ia sampai pada kesimpulan bahwa semua wujud, termasuk didalamnya wujud pertama (Tuhan), merupakan rangkaian mata rantai yang kuat erat, dan terkenal dengan istilah kesatuan wujud (windatul-wujud). (Ahmad Syadali, 152) dialektika menarik dipakai untuk menjelaskan soal-soal akhlah dan jiwa dengan maksud untuk menentukan kebahagian manusia.
Demikian, corak mistik dan agama pada filsafat Plotinus. Filsafat mistik tersebut kemudian dimasukan kedalam ajaran-ajaran agama masehi oleh ST.Augustinus dan Dionysius. Ajaran Plotinus yang menganggap bahwa ada itu hakikatnya hanya satu jalan ialah bahwa tuhan dan lain-lainya hakikatnya sama, disebut pantheisme.
Pada akhir masa kuno, neoplatonisme merupakan aliran intelektual yang dominan diseluruh wilayah hellenistik, hingga seakan-akan Neoplatonisme bersaing dengan pandangan dunia yang berdasarkan agama Kristen. Porphyrius (232-301 M) murid Plotinus menulis suatu karya yang dengan tajam menyerang agama Kristen.

Namun, pada tahun 259 M, Kaisar Justianus dari Byzantium perlindungan agama Kristen menutup setiap sekolah filsafat yunani di Athena. Peristiwa itu dianggap sebagai akhir masa Yunani Purba. (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 152)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar