SEJARAH
INTELEKTUAL BARAT ZAMAN RENAISSANCE DAN HUMANISME
Filsafat Modern lahir melaui proses panjang yang
berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance atau zaman
pencerahan. Renaissance dalam berbagai diskusi filsafat tidak pernah hilang dari
pembicaraan. Karena memang keberadaannya telah membangun sebuah peradaban baru
dunia filsafat. Dalam banyak bidang, renaissance telah menumbuhkan benih-benih
kesadaran masyarakat Eropa yang telah lama terkubur dalam bayang-bayang doktrin
gereja. Lahirnya gerakan ini bermula dari kondisi waktu itu yang tidak memberi
kebebasan bagi manusia untuk mengaktualisasikan dirinya seperti berfikir.
Galilei Galileo misalnya adalah filsuf yang merasakan betapa kebebasan manusia
telah sedemikian dibatasi. Hanya karena mengajukan pernyataan yang bertentangan
dengan keyakinan gereja, Galilei Galileo meringkuk di penjara seumur hidup.
Zaman pencerahan telah membawa beberapa dampak positif
maupun negative. Dengan zaman pencerahan manusia mulai dapat mengaktualisasikan
kembali akalnya, dan percaya akan nilai-nilai pribadinya. Namun disisi lain,
renaissance bagaimanpun telah pula mengaggungkan manusia secara melebihi
keagungan Tuhannya. Sehingga harus disadari bahwa renaissance telah
menyangsikan keberadaan Tuhan dan menganggap bahwa manusialah pusat dunia.
A. Pengertian
Renaisance
Secara etimologi, renaissance berarti “kelahiran
kembali” atau “kebangkitan kembali”. Kata renaissance sebenarnya berasal dari
kata dalam bahasa perancis, yaitu kata “re” (lagi, kembali) dan kata “naissance”
(kelahiran), sedangkan dalam bahasa latin, istilah renaissance berasal dari
kata “nascentia”, “nascor”, atau “natus” yang setara artinya dengan kelahiran,
lahir, atau dilahirkan. Zaman kelahiran kembali inilah yang kemudian disebut
juga dengan zaman pencerahan (Auflarung). Begitu juga pencerahan kembali
mengandung arti akan “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap dirinya (yang
selama ini dikunkung oleh gereja). Pada
zaman pencerahan ini manusia menyadari bahwa dialah yang menjadi pusat dunianya
(vaber mundi) bukan lagi sebagai obyek dunianya (fitiator mundi). Sedangkan
istilah renaissance juga menunjukkan kepada suatu gerakan yang meliputi suatu
zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam kelahiran
kembali itulah, orang – orang ingin atau merasa kembali pada sumber-sumber yang
murni bagi pengetahuan dan estetika. Zaman renesans juga berarti zaman yang
menekankan pada otonomi dan kedaulatan manusia dalam berfikir, dalam mengadakan
eksplorasi, eksperimen, dalam mengembangkan seni sastra dan ilmu pengetahuan di
Eropa. Ideologi yang berkembang pada jaman Renaisans dinamakan filsafat
Humanisme, yang berarti sebagai bentuk filsafat ‘eksistensialisme kolektif’.
Dimana kesadaran akan diri yang merupakan bagian dari kolektif dan keputusan
untuk turut menjadi bagian dari gerakan kolektif. Filsafat Humanisme dalam
bentuk ideologi tersebar secara psikologis kepada orang-orang di jaman
Renaisans. Kesadaran yang muncul bukan ‘aku adalah manusia’, melainkan ‘kita
adalah manusia’. Yang timbul adalah kesadaran bahwa ‘kita’ adalah ‘manusia’,
dan ‘kita’ adalah yang ‘utama’. ‘Lupakan organisasi itu (gereja), buat apa kita
mengabdi kepadanya’. ‘Ternyata kita pun juga sangat penting’. ‘Cukup sudah
dibatasi oleh gereja lagi’.
B. Pengertian
Humanisme
Humanisme dan Renaisans adalah kesatuan yang saling
pengaruh mempengaruhi dalam arah secara bersama-sama. Humanisme merupakan
sebuah ideologi yang menentang dogma-dogma pada Abad Pertengahan yang
melatarbelakangi atau mempengaruhi Renaisans. Karena Renaisans merupakan era
waktu yang dapat dikatakan bahwa Humanisme berada didalam Renaisans.
”Humanisme” dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang.
Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan pri
kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan.
Humanisme
mempunyai arti :
1. menganggap
individu rasional sebagai nilai paling tinggi;
2. menganggap
individu sebagai sumber nilai akhir;
3. mengabdi
pada pemupukan perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara
rasional, dan berarti tanpa acuan pada konsep-konsep yang adikodrati.
Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan
pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Dalam pandanga humanisme seringkali
kita terkensan dengan konsep bahwa “Kita bisa hidup melalui dan tanpa agama
sekalipun”. Mereka para Humanis berusaha menciptakan yang terbaik bagi
kehidupan dengan menciptakan makna dan tujuan bagi diri sendiri.
Sikap
hidup kaum Humanis antara lain :
a. kritis
dan tidak mudah percaya tanpa bukti nyata (skeptis)
b. menentang
terhadap tradisi lama
c. sekularisme
(sikap mengutamakan keduniawian dan hidup di dunia ini). Hal ini dikenal
melalui pandangan hidupnya berbunyai “Carpe Diem” (nikmatilah hidup) yang bertolak
belakang dengan pandangan hidup pada abad pertengahan yaitu “ momento mori”
(ingatlah hari sesudah mati)
d. record
breaker, memecahkan rekor menghasil karya-karya yang terkenal
1. Sejarah
Renaissance
Berkembangnya filsafat pada abad pertengahan di Eropa
yang ditandai dengan munculnya filsafat baru bernama filsafat skolastik pada
abad 14, dan berlangsung hingga abad ke-15. Sehingga pada abad ke-16 dan ke-17,
Eropa dikuasai oleh suatu gerakan yang disebut renaissance. Secara hierarki,
awal gerakan pembaharuan ini berlangsung dibidang kerohanian, kemasyarakatan
dan kegerejaan yang telah diterapkan pada periode yang merentang pada abad
ke-15 dan abad ke-16, istilah gerakan pembaharuan atau yang lebih dikenal
dengan nama renaissance ini kemudian muncul kembali setelah Michelet pada tahun
1855 dan Buckhardt pada tahun 1860 menggunakan istilah ini dalam judul
karya-karya sejarah tentang perancis dan Italia. Periode ini kemudian dipandang
sebagai priode kelahiran kembali semangat Yunani dan Romawi, dan kebangkitan kembali
untuk belajar ilmiah. Gerakan pembaharuan ini pada awalnya hanya dilakukan oleh
orang –orang humanis di Italia.
Gerakan para humanis Italia ini memiliki tujuan utama
yaitu untuk merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani, yang
dilaksanakan dengan mengaitkan hikmat kuna (klasik) dengan wahyu, dan dengan
memberi kepastian kepada gereja bahwa pikiran-pikiran klasik (pemikiran dari
sumber-sumber yunani dan romawi) itu tidak bisa binasa. Dengan memanfaatkan
kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka bermaksud mempersatukan gereja yang
telah dipecah-pecah oleh banyak madzhab dan mempertigggi keadaan yang telah
diberikan oleh agama Kristen. Sehingga dari sini, mereka dapat meningkatkan
perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan-kecakapan alamiah
manusia dengan mengusahakan adanya kepustakaan yang baik, dengan mengikuti
jejak kebudayaan klasik yang telah mereka pelajari pada abad pertengahan. Pada
umumnya mereka tidak menyangkal tentang adanya Kuasa yang Lebih Tinggi. Hanya
mereka berpendapat, bahwa hal-hal yang alamiah pada dirinya sendiri telah
memiliki nilai yang cukup untuk dijadikan sasaran pengenalan dan pengusahaan
manusia. Baru pada zaman kemudian di
Jerman timbul orang-orang humanis yang melepaskan segala tujuan yang diarahkan
kepada akhirat dan menerima hidup di dalam batas-batas dunia seperti apa
adanya.
Pada masa Renaisans muncul karya-karya besar dibidang
kesenian seperti seni lukis, arsitektur dan seni pahat. Manusia diutamakan dan
sangat dijunjung tinggi sebagai pusat disini. Detil-detil yang ditampilkan
sangat baik dan indah. Alirannya lebih bersifat realisme. Pada masa ini juga
muncul gerakan untuk mengeksplorasi bumi, seperti diadakannya pelayaran dan
pencarian tempat-tempat diluar bumi. Tokoh-tokoh besar yang kita ketahui adalah
Da Vinci, Giovani dari Medici, Michaelangelo, Copernicus, Galileo, Colombus,
dan lainnya.
2. Faktor
Munculnya Renaissance
Middle Age merupakan zaman sebelum munculnya
reissance, dimana Eropa ketika itu sedang mengalami masa suram. Berbagai
kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru
malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi
kepentingan gereja, tetapi sebaliknya hal-hal yang merugikan gereka akan
mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus, ketika ia
memproklamsikan teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari adalah pusat
dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dengan pendapat dari
gereja, sehingga Copernicus harus
dibunuh.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan, mendapat
doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir
(ekstologi). Kehidupan manusia ketika itu dipandang sebagai hakekat yang sudah
ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan.
Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran
filsafat memang berkembang juga ketika itu, namun haruslah yang sejalan dengan
pemikiran-pemikiran gereja, sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu
pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama.
Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak
pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada
awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan
kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelumnya gereja mempunyai
peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan,
kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai
berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat
renaissance.
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai
suatu gerakan untuk kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak
dipengaruhi oleh ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist
merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik
Internasional yang penuh hiasan. Menurut Prancis Michel De Certeau, renaissance
muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru
yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali
dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual-dengan
cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah
bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan lain
sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik, sehingga dapat
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang
yang makmur akibat perdagangan, yang kemudian mengubah perasaan pesimistis
(zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan
dihapuskannya system stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik.
Maka muncullah kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi
masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan
agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus kemajuan.
Antroposentrisme kemudian menjadi pandangan hidup, dan dengan konsep humanisme
yang menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga
saudagar kaya yang semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar
ke seluruh Italia dan Eropa.
3. Karakteristik
Renaissance
Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban
modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah
pandangan bahwa manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti
semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini.
Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan
dan menikmati dunia ini, baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di
tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah
takdir Tuhan melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh
kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan
budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia
baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra,
filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dengan semakin kuatnya Renaissance, pada kenyataannya
sekularisasipun berjalan semakin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin
diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri.
Semboyan mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan
salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance oleh Leon
Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all
things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan
kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya
menjalani kehidupan secara aktif dan memikirkan kepentingan umum bukan hidup
bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading.
Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah
pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau
inilah yang disebut dengan Antoposentrisme. Manusia dalam konsep renaissance,
harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam berfikir
dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan
nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia haruslah untuk menonjolkan diri baik
dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual-intelektualnya.
Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni
pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia harus terus
berkembang sampai saat ini, sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi
segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.
4. Tokoh-Tokoh
Renaissance dan humanisme
Diantara tokoh-tokoh renaissance yang mempunyai peran
yang penting dalam renaissance, adalah tokoh-tokoh antara lain, seperti :
a. Dante
Alighiere (1265-1321).
Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, ia
berasal dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, yang
menginginkan negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih
besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan
penentang otoritas moral Kepausan yang dinilainya tidak adil dan tidak
bermoral. Puncaknya ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul De Monarchia (On
Monarchy) yang menggabarkan tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai
pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja
dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antaral lain adalah
La Vita Nuova (The New Life) juga berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta
manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di
Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan
dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama
sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga
fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).
b. Lorenzo
Valla (1405-1457)
Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli
hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup
demi kebenaran dan keadilan, adalah jalan menuju kebajikan tertinggi,
kehormatan tertinggi dan pada hal tertinggi”. Hasil karyanya antara lain adalah
De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya
pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese)
dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero
erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada
kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang
Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran
kreatif manusia dalam sejarahnya, dan buku berjudul De falso credita et
ementita Constantini donation declamation, yang mengisahkan tentang donasi
hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya adalah palsu, sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas
bukan gaya bahasa abad ke4 melainkan abd ke-8.
c. Niccolo
Machiavelli (1469-1527)
Nicolo Machiavelli adalah filosof politik Italia,
Niccolo Machiavelli lahir pada tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang
ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di
pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi
kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai missi diplomatik atas
namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia.
Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince,
(Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books
of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius).
Diantara karya-karya termashur lainnya adalah The art of war (seni berperang),
A History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang
bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang
terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang
pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis.
Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur
lima puluh delapan.
d. Boccacio
(1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313
dari seorang pedagang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara lain
cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa seperti Ameto, puisi seperti
Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, adalah karya
sastra berjudul De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang
tersusun dalam 15 jilid.
e. Francesco
Petrarca (1304-1374)
Adalah seorang yang lahir pada 20 Juli 130 di Tuscan.
Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun,
ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang
mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu
ungkapan terkenalnya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama
Ikaros.
f. Desiderius
Erasmus (1466-1536)
Eramus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibundaya
bernama Margaret. Setelah lulus dari Sekolah Atas ia melanjutkan ke biara
Agustin di Styn hingga menjadi pastor kemudian melanjutkan ke Universitas
Paris. Hasil karya Eramus dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Kelompok
karya-karya satiris dengan tujuan ingin mengungkap segala kelemahan penyakit
korup, dan munafik yang melanda warga masyarakat, seperti Praise of Folly
(1509).
2) Kelompok
karya bernada satiris berupa pesan moral yang diharapkan dapat memperbaiki atau
mempengaruhi mentalitas kaum Katolik, seperti buku yang berjudul Hand Book of
the Christian Knight (1501), The Complaint of peace (1517).
3) Kelompok
dalam bentuk terjemahan kitab suci Perjanjian Baru berdasrakan naskah asli
Yunani, seperti Annotations on the New Testament (1505), The Prince of the
Christian Humanists.
C. Pengaruh
dan Signifikansi Renaissance
Renaissance
sebagai gerakan yang identik dengan gerakan humanisme dan bertitik tolak pada
upaya melepaskan manusia dari keterkaitan agama, memiliki manifestasi utama
dalam gerakannya, yaitu :
a) Gerakan
Humanisme, yang berusaha tidak hanya untuk menerjemahkan sumber-sumber Yunani
dan Romawi, tetapi juga mencari nilai atau gaya hidup manusia yang terkandung
di dalamnya.
b) Penolakan
tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Kebangkitan Platonisme, yang sangat
bergaung dalam Akademi Florentina merupakan suatu konsekuensi penolakan ini.
Selain itu, perhatian kepada mistisisme seperti merebak kembali, termasuk minat
kepada Cabala, tulisan hermetik dan alkimia.
c) Pemikiran
Renaissance juga terbuka pada ilmu-ilmu baru yang mulai terbentuk.
d) Dalam
lapisan agama periode ini ditandai oleh ketidakpuasan dengan kemapanan yang
mengarah para reformasi protestan.
Disisi lain, filsafat abad pertengahan memiliki
perbedaan yang jelas bila dibandingkan dengan filsafat renaissance. Yang
pertama lebih mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang abstrak, sedangkan
kepada pengertian-pengertian, hal-hal yang konkrit, yang nampak, terlalu
diabaikan. Sedangkan filsafat renaissance lebih tertuju kepada hal-hal yang
konkrit seperti kepada alam semesta dan kepada manusia, juga kepada kehidupan
bermasyarakat serta sejarah. Dapat juga dikatakan bahwa manusia pada saat itu menemukan
dua hal yaitu, dunia dan dirinya sendiri. Dimana pengenalan akan dirinya
sendiri terbentuk atas kesadaran manusia akan nilai pribadinya dan akan
kekuatan pribadinya itu.
Namun dalam banyak hal, manusia justru mengaggungkan
dirinya dan menganggap bahwa akal mempunyai wibawa terhadap kebenaran-kebenaran
keagamaan, bahwa kebenaran harus dicapai dengan kekuatan sendiri. Hingga lambat
laun intelektualitas terasing daripada agama yang positif. Intelektualitas
bersifat individualis dan titik tolaknya adalah kebebasan mutlak bagi pemikiran
dan penelitian, bebas daripada tiap wibawa dan tradisi -dalam hal ini tradisi
kristen- yang mana disebutkan bahwa pengetahuan yang pasti bukan didapat dari
pewarisan, melainkan apa yang diperoleh manusia sendiri karena kekuatannya
sendiri dengan penelitian dan penemuan-penemuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar