Minggu, 25 Desember 2016

PANDANGAN FILSAFAT GABRIEL MARCEL

Dalam Filsafatnya, ia menyatakan bahwa manusia tidak hidup sendirian, tetapi bersama-sama dengan orang lain. Akan tetapi, manusia memiliki kebebasan yang bersifat otonom. Dalam hal itu, ia selalu dalam situasi yang ditentukan oleh kejasmanianya. Dari luar, ia dapat menguasai jasmaninya, tetapi dari dalam, ia dikuasai oleh kejasmanianya. Didalam pertemuanya dengan manusia lain, manusia mungkin bersikap dua macam. Yang lain itu merupakan objek baginya, jadi sebagai dia, mungkin juga merupakan yang ada bagi aku. Aku ini membentuk diri terutama dalam hubungan engkau-aku ini. Dalam hubungan ini, kesetialah yang menentukan segala-galanya. Jika aku percaya pada orang lain, setialah aku terhadap orang lain itu, dan kepercaaan ini menciptakan diri aku itu. Setia itu mungkin hanya karena orang merupakan bagian diakau yang mutlak (Tuhan) kesetian yang menciptakan aku ini akhirnya berdasarkan atas partisipasi manusia kepada Tuhan.
Manusia bukanlah makhluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses) atau beinf and becoming. Ia selalu menghadapi objek yang harus diusahakan, seperti yang tampak dalam hubunganya dengan orang lain.
Perjalanan manusia ternyata akan berakhir pada kematian, pada yang tidak ada. perjuangan manusia sebenarnya terjadi di daerah perbatasan antara tidak berada. Oleh karena itu, manusia menjadi gelisah, menjadi putus asa dan takut pada kematian. Namun, sebenarnya kemenangan kematian itu hanyalah semu saja, sebab hanya cinta kasih sayang itulah yang memberi harapan untuk mengatasi kematian. Didalam cinta dan kasih ada kepastian bahwa ada Engkau yang tidak dapat mati. Harapan itulah yang menerobos pada kematian. Adanya harapan menunjukan bahwa kemenangan kematian adalah semu.

Ajaran tentang harapan ini menjadi puncak ajaran marcel. Harapan ini menunjukan adanya Engkau Yang Tertinggi (Tci Supreme), yang tidak dapat dijadikan objek manusia. Engkau Tinggi inilah Allah, yang hanya dapat ditemukan dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau atas sesame kita dalam penyerahan dan dalam keterbukaan dan partisipasi dalam berada yang sejati. (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004: 132, lihat A. chairil Basori, 1986:141)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar