Makna Filosofi Pohon Beringin Dalam AgamaHindu
Pohon Beringin
Sering kita
melihat pohon beringin di Pura dengan daunya yang begitu rindang. Kerindangan
pohon beringin memberi kesejukan yang luar biasa. Namun pernahkah anda berfikir
kenapa hampir setiap Pura terdapat Pohon Beringin?
Mungkin saja ia,
tapi anda tidak memahaminya. Atau mungkin anda sudah menanyakan kepada orang
tua. Kenapa si Pura ditanami pohon beringin? Tetapi anda mendapatkan jawaban
"Nak Muloketo" (sudah dari sananya). Hal inilah yang harus diubah
oleh umat Hindu sekarang. Sebab tampa perubahan, Budaya Hindu Akan pelan2
menghilang. Nah melalui artikel ini saya akan membahas arti pohon beringin di
Umat Hindu.
Dengan daun yang
sangat rimbun batangnya yang kokoh memberikan kesejukan dan keteduhan bagi
orang yang berada di bawahnya. Pohon ini diyakini sebagai tumbuhan sorga,
tempat anjangsana para pitara serta dewa-dewa.
Dalam upacara
keagamaan pun ini selalu digunakan, itulah keagungan dari pohon beringin. Pohon
beringin sering dikatakan sebagai tumbuhan sorga. Bijinya yang kecil dapat
tumbuh menjadi tumbuhan besar yang memberikan kesejukan sekaligus peneduh bagi
yang berteduh dibawahnya. Akarnya yang kuat melambangkan kekokohan yang tak kan
tergoyahkan.
Di balik semua itu
pohon beringin bagi masyarakat Hindu mempunyai arti penting, sama halnya
seperti pohon Kurma bagi umat muslim, atau pohon bodi bagi umat Bhuda.
Pentingnya pohon beringin bagi umat Hindu karena daunnya sering digunakan
sebagai sarana upacara. Daun beringin secara filsafati bagi umat Hindu sebagai
lambang kesucian, baik dalam upacara Dewa Yajna, Pitra Yajna, maupun
pelaksanaan yajna yang lain. Keyakinan masyarakat Hindu tersebut bukanlah suatu
hal yang tidak beralaskan tanpa landasan sastra yang jelas, lantas dituding
sebagai penyembah berhala atau penyembah pepohonan.
Secara mitologi,
pohon beringin merupakan salah satu pohon yang telah mendapatkan penugrahan.
Halini dikisahkan dalam Siwa Gama ketika perjalanan Bhagawan Salukat. Dalam
rangkaian tirthayatra beliau mengantarkannya tiba di pesisir Negara Daha,
beliau menemukan sebatang pohon waringin pandak (beringin). Pohon beringin itu
bisa berkata-kata seraya memohon kepada Bhagawan Salukat.
"Yang mulia
Bhagawan Salukat leburlah dosa hamba, sebatang tanaman yang tumbuh di tempat
sunyi, setiap waktu kurus dan selalu menjadi makanan hewan," kata pohon
beringin dengan kerendahan hati kepada Bhagawan Salukat. Bhagawa Salukat yang
sudah mengerti akan hakikat hidup, serta dengan kemurahan hati dianugrahilah
pohon beringin tersebut.
"Ih kamu pohon
beringin ,kini wajib kamu menjadi pendamai ( membuat sentosa) dunia, melebur
dosa, wajib menjadi pelindung para Dewa tumbuh di setiap tempat suci,"kata
Bhagawan Salukat memberikan anugrah kepada pohon beringin. Selanjutnya pohon
beringin disebut juga sebagai pohon Siwa-Durga. Dengan kemultifungsian dari
pohon beringin bagi umat Hindu khususnya di Bali. Pohon beringin dikatakan pula
sebagai pohon surgawi, karena pohon beringin ini sebagai tempat rekreasi atau
anjangsana para pitara-pitari yang sudah diaben. Sesuai dengan konsep ajaran
Siwa di Bali, pohon beringin dikatakan sebagai pohonnya para Dewa, khususnya
Dewa Siwa. Tidak saja pitara-pitari saja yang menyenangi pohon beringin, mahluk
lain juga menyukai pohon beringin karena memang memiliki kekuatan energy yang
sangat besar.
Secara fungsional
dalam konsep Siwa di Bali, pohon beringin adalah tempat Dewa Siwa dan dewi
Durga beranjang sana yang ditemani para widyadara-widyadari termasuk di
dalamnya para pitara tersebut. Berkat anugrah Bhagawan Salukat serta adanya
keyakinan masyarakat atas kekuatan-kekuatan gaib yang bersemayam pada pohon
beringin, lebih-lebih yang tumbuh pada areal seperti pura atau kuburan, kini
membuat pohon beringin, dengan kekokohan akarnya serta rindangnya dedaunan
diharapkan senantiasa selalu memberikan kesejukan dan kesejahteraan bagi umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar