FILSAFAT
KLASIK
Istilah Klasik berarti kebuayaan Yunani yang
dijelmakan ke dalam lapangan kesusasteraan dan kesenian. Mereka berorientasi
pada alam pikiran manusia untuk mencari hakekat kebenaran dan bertujuan ingin
mencapai kebahagiaan hidup. Tokoh –tokohnya ialah Plato, Socrates dan Plotinus.
A. PLATO
( 427 – 347 SM)
Plato
dilahirkan di Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada
mulanya ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, namun ia kekacauan di
negaranya, setelah kematian gurunya Socrates hal itu telah memadamakan
ambisinya untuk menjadi seorang politikus, kemudian ia beralih ke filsafat
sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat
berpengaruh pada dirinya.
1. Ajaran-ajaran
Plato tentang Idea
Ajaran
tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang
dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dlam pemikiran
saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang
obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak
diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi
sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya
idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu
tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-idea.
Ethika
Plato
Etik
Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi
baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi
baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan
hidup ialah mencapai kesenganan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup
itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh
dengan pengetahuan. Yang tepat tentang nilai barang-barang yang dituju.
Etik
Plato bersendi pada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori
pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seseorang
bergantung pada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari
pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang
lebih tinggi dari pada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut
Plato ada dua macam budi.
1. Pertama,
budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
2. Kedua,
budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai
tidak terbit dari keyakinan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup
sehari-hari.
Negara
Ideal
Plato
hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang
gilang gemilang dalam segala lapangan, pertentangan antara kaya dan miskin
sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Menurut Plato
nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah dasar sama sekali hidup rakyat
dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu
negara yang ideal.
Peraturan
yang menjadi dasar untuk mengurus kepertingan umum kata Plato tidak boleh
diputus oleh kemauan atau pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya,
melainkan ditentukan oleh suatu ajaran. Yang berdasarkan pengetahuan dengan
pengertian.dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin
oleh idea tertinggi, yaitu idea kebaikan.kemauan untuk melaksanakan itu tergantung kepada budi. Tujuan pemerintah
yang benar adalah mendidik warga warganya mempunyai budi. Plato membagi
kedudukan penduduk menajdi tiga golongan yakni :
1. Golongan
yang dibawah ialah golongan rakyat jelata, yang berupakan petani, pekerja,
tukang dan saudagar. Kerja mereka adalah menghasilkan keperluan sehari-hari
bagi ketiga-tiga golongan.
2. Golongan
yang tengah ialah golongan penjaga atau
“pembantu” dalam urusan negara. Terhadap keluar tugas mereka mempertahankan
negara dari serangan musuh. Tugas kedalam menjamin supaya undang – undang
dipatuhi rakyat.
3. Golongan
atas ialah kelas perintah atau filosof. Mereka terpilih dari paling cakap dan
yang terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan pelatihan
special untuk itu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan mengawasi
pelaksanaannya. Mereka memangku jabatan tertinggi.
B. ARISTOTELES
( 384 – 322 SM.)
Aristoteles
lahir di stageira pada semenanjung kalkidike di Trasia (Balkan) Bapaknya
bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II.
Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri, ia mendapat pelajaran teknik
membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu pada ilmu alam, terutama ilmu
biologi.
Setelah
bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20
tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama
terdapat di Athena.
Karya-karya
Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi
karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi Logika,
Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik, Ekonomi, Retorika
dan Poetika.
1. Ajaran
– ajaran Aristoteles.
a. Logika
Aristoteles terkenal
sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada
logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis
tentang Logika.
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk
berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara
berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri
yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang
menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles
membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
1. Ilmu
pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
2. Ilmu
pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
3. Ilmu
pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.
Dalam
hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan,
melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
b. Metafisika
Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya
tentang idea-idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang
umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang
ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi
Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang
nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum
serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles
sebagai dunia realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles
berpangkal pada yang kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang
berubah, itulah yang merupakan realitas sebenarnya.
c. Abstraksi
Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum
itu sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.
Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang
kongkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh
indera dan indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat
diolah oleh manusia (budi). Manusia itu menanggalkan yang bermacam-macam dan
tidak sama, walaupun tidak di ingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja
dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles
dinamai idea atau pengertian.
Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman,
sedangkan idea juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya
dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran
Aristoteles disebut “Realisme”.
d. Politik
Tujuan
negara.
Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia
menurut kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang hidup
dalam negara.
Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya
hidup denga baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang
ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga
semua baik.
e. Rumah
Tangga.
Aristoteles mengkritik pendapat Plato, bahwa para
penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga Aristoteles tidak setuju
dilarangnya mempunyai milik pribadi. Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut
keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak
boleh di tambah dengan sembarang cara.
f. Susunan
negara yang paling baik.
Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan
buat kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles
ialah “Politeia”. Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang
mempunyai undang-undang dasar.
g. Etika
Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea”
mengatakan ; dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu
mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai
manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah
kebahagiaan. Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan
itu.
Menurut Aristoteles ; manusia hanya disebut bahagia
jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia
berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.
C. PLOTINOS
( 205 – 270 )
Plotinos dilahirkan pada tahun 205 di Lykopolis di
mesir. Yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma dan meninggal di Minturnea 270.
tentang hidupnya orang tidak banyak tahu, namanya harum karena ajaran
filosofinya, dan kehidupannya yang sederhana.
Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani,
terutama dari buah tangan Plato, ia mempunyai pembawaan menjadi seorang
filosofi. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun
pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan
pada filsafat Plato, terutama ajarannya tentang Idea Tertinggi, baik atau
kebaikan. Oleh karena itulah maka filsafat Plotinos disebut Platonisme,
meskipun demikian Plotinus telah memajukan banyak hal yang dahulunya tidak
pernah diselidiki oleh filosof Yunani. Dan ini adalah hal yang baru, karena
ajarannya disebut “Ajaran Plato Baru” ( New Platonisme).
1. Pokok
– Pokok Ajarannya
Apabila Plato mendasarkan ajaran filsafatnya kepada
Yang baik yang meliputi segala-galanya, ajaran Plotinus berpokok pada yang
satu. Sebagai pangkal segala-galanya, Filosofi Plotinus berpangkal kepada
keyakinan, bahwa segala ini, yang asal itu adalah satu dengan tidak ada
pertentangan didalamnya. Yang satu itu bukan kwalita dan bukan pula yang
terutama dari segala keadaan dan perkembangan dalam dunia, segalanya datang
dari suatu, yang Asal. Yang asal itu adalah sebab dari kwantita, bukan akal
bukan jiwa, bukan dalam bergerak bukan pula dalam tenang terhenti, bukan dalam
ruang dan bukan dalam waktu.
a. Teori
Emanasi Plotinus
Yang satu itu adalah semuanya, tetapi tidak mengandung
didalamnya satu pun dari barang yang banyak itu. Dasar dari pada yang banyak
tidak bisa yang banyak itu sendiri. Sebalinya, yang satu itu adalah semuanya berarti
bahwa yang banyak itu adalah padanya. Di dalam yang satu itu yang banyak belum
ada, tetapi yang banyak itu akan ada, yang banyak itu datang dari dia. Oleh
karena yang satu itu sempurna, yidak mencari apa-apa, tidak memiliki apa-apa,
dan tidak memerlukan apa-apa, maka keluarlah sesuatu dari Dia, dan mengalir
menjadi barang-barang yang ada.
Hal itu adalah Emanasi dari Dia, datang dari Dia.
Emanasi adalah suatu pandangan baru yang kemukakan oleh Plotinus dalam ajaran
filosofinya. Emanasi alam dari yang asal itu, janganlah dipahami sebagai suatu
kejadian yang berlaku dalam ruang dan waktu. Sebab ruang dan waktu terletak
pada tingkat terbawah dari Emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam
dunia yang lahir.
Dalam ajaran Plotinus yang satu itu adalah dalam
keadaan sempurna, sebab itu bertambah banyaknya yang tidak sempurna hanya bisa
terjadi dalam bertambah banyaknya yang berbagai rupa, pembagian dan
perubahan-perubahan. Wujud keseluruhannya ; Akal (Nous), Jiwa Alam (Al-Nafsul
Kulliyah), dan Materi(al-Maddah).
b. Ajaran
tentang Jiwa
Ajarannya tentang jiwa adalah merupakan dasar dari
pada teorinya tentang hidup yang praktis serta ajaran moralnya. Bahwa benda
sebagai pangkal dari segala sesuatu yang jahat. Akan tetapi logikanya lalu
menimbulkan kesulitan terhadap pokok ajarannya sendiri, karena benda itu dihasilkan oleh jiwa Alam, jadi kalau
demikian, apakah ini tidak berarti jiwalah yang bersalah dalam hal kejahatan
benda itu.
Menurut Plotinus, jiwa dalam hal ini tidak langsung
bersalah, karena karena jiwa sendiri mempunyai dua macam hubungan, yaitu keatas
dan kebawah, keatas berhubungan dengan akal, kebawah berhubungan dengan dunia
benda yang rendah. Jiwa hanyalah merupakan hubungan dari semuanya, mulai dari
tingkat yang tertinggi sampai ke tingkat yang terendah. Jiwa darpada semua
makhluk itu ada pada jiwa Alam, yang semuanya itu tidak lain dari pada Idea
yang diterima dari akal.
Lahirnya susunan yang bertingkat-tingkat dalam alam
(kosmos) ini, adalah disebabkan karena jiwa alam menumpahkan tenaganya kepada
materi itu, menurut kesanggupan yang dapat diterima oleh materi itu, sehingga
karenanya kosmos itu menjadi hidup dan berjiwa. Dengan demikian semuanya lalu
merasakan adanya pertalian jiwa yang mengikat satu sama lain.
c. Ajaran
tentang Hidup dan Moral
Ajaran Plotinus tentang hidup dan moral mudah sekali,
ajaran itu tak lain darpada melaksanakan dalam praktik ajarannya tentang jiwa. Sebagai
tujuan hidup manusia dikatakannya mencapai persamaan dengan Tuhan, budi yang
tertinggi ialah menyucikan roh. Itu adalah satu-satunya jalan menuju cita-cita
kemurnian. Benda yang ada di sekitar hidup manusia hendaklah diabaikan sama
sekali dan jiwa itu harus mencoba semata-mata hidup dalam lingkungan alam
rohaniah dan alam pikiran. Hanya dalam alam rohaniah dan alam pikiran itulah
jiwa dapat melatih diri untuk mencapai langkah terakhir, yaitu bersatu dengan
Tuhan. Ini hanya dapat dicapai dengan mengembangkan perasaan yang luar biasa,
yaitu rasa keluar dari diri sendiri dengan Extase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar