Cabang dari filsafat
adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika
adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru
‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap)
dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam
istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni.
Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang
menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.
Karena karya seni
tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa
yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu.
Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja.
Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan
filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang
disebut seni.
Estetika merupakan
pengetahuan tentang keindahan alam dan seni. Sedangkan filsafat seni hanya
merupakan bagian estetika yang khusus membahas karya seni. Estetika adalah
bagian dari filsafat. Dalam studi filsafat, estetika digolongkan dalam
persoalan niali, atau filsafat tentang nilai, sejajar dengan nilai etika.
Tetapi dalam penggolongan obyeknya, estetika masuk dalam bahasan filsafat
manusia, yang terdiri dari logika, etika, estetika, dan antropologis.
Studi estetiak sebagai
filsafat yang bersifat spekulatif, mendasar, menyeluruh dan logis ini, pada
mulanya merupakan bagian pemikiran filsafat umum seorang filsuf. Seperti
diungkapkan dimuka, akhirnya filsafat keindahan ini mengkhususkan diri pada
karya-karya seni saja. Dalam perkembangannya pada abad 20, filsafat keindahan
ini mulai bergeser ke arah keilmuan. Inilah sebabnya estetika abad 20 juga
dinamai estetika modern atau estetika ilmiah.
Seni atau art aslinya
berarti teknik , pertukangan, ketrampilan, yang dalam bahasa Yunani kuno
sering disebut sebagai techne. Arti demikian juga berlaku dalam budaya
Indonesia kuno. Baru pada pertengahan abad ke-17 , di Eropa dibedakan antara
keindahan umum (termasuk alam) dan keindahan karya seni atau benda seni. Inilah
sebabnya muncul istilah fine arts dan high arts (seni halus dan seni tinggi,
yang dibedakan dengan karya-karya seni pertukangan (craft). Seni, sejak saat
itu, dikategorikan sebagai artefak atau benda buatan manusia. Pada dasarnya
artefak itu dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu benda-benda yang
berguna tetapi tidak indah, benda-benda yang berguna dan indah, benda-benda yang
indah tetapi tidak ada kegunaaan praktisnya. Artefak jenis ketiga itulah yang
dbicarakan dalam Estetika (Sumardjo, 2000: 24).
Istilah estetika
senidiri baru muncul tahun 1950 oleh seorang filusuf minor bernama A.G.
Baumgarten (1714-1762). Alexander Baumgarten menamakan seni sebagai pengetahuan
sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya dengan pengetahuan
intelektual. Filsafat seni hanya mempersoalkan karya seni atau benda seni atau
artefak yang disebut seni.
Pertama, karya seni
mengekspresikan gagasan dan perasaan, sedangkan alam tidak mengandung ekspresi
semacam itu. Kedua, dalam karya seni orang dapat bertanya : “apa yang ingin
dikatakan karya ini?” atau apa maksud karya ini?. Tapi kita tidak bertanya
serupa ketika menyaksikan keindahan matahari terbenam di pantai, atau
menyaksikan bentuk awan saja, derasnya air terjun. Jadi karya seni selalu
membawa makna tertentu dalam diriya, ada usaha komunikasi seni dengan orang
lain. Dalam keindahan alamiah hal itu tidak terjadi. Kecantikan seorang wanita
kita nikmati sebagai indah begitu saja. Tetapi dalam karya seni seorang wanita
tua akan buruk rupa akan menjadi indah. Sedangkan wanita cantik justru tidak
indah dalam seni yang gagal. Ketiga, seni dapat meniru alam, tetapi alam tidak
mungkin meniru artefak seni. Keempat, dalam alam kita dapat menerima
keindahannya tanpa kepentingan praktis-pragmatis dalam hidup ini. Inilah
keindahan tanpa pamrih (disinterestedness), sedang dalam karya seni kita masih
dapat menjumpai karya-karya itu sebagai indah dan berguna sekaligus. Keindahan
alamiah itu gratis, tanpa pamrih kegunaan apapun. Keindahan seni, karena
mempunyai makna dapat membawa nilai-nilai lain disamping keindahan.
Seni menurut para
ahli:
1.
Aristoteles, seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus
ideal.
2.
Plato dan Rousseau, seni adalah hasil peniruan alam dengan
segala seginya.
3.
Alexander Baumgarten, seni adalah keindahan dan seni adalah
tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
4.
Leo Tolstoy, seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang
pernah dialami.
5.
Immanuel Kant, seni adalah sebuah impian karena rumus-rumus
tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
6.
Abraham Munched, seni adalah ungkapan jiwa dan perasaan
seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada dan
syair.
7.
Sudjojono, seorang pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia,
yang dianggap sebagai pendobrak tradisi seni lukis pemandangan alam, juga
menyatakan bahwa seni adalah produk ekspresi jiwa, seni tanpa jiwa ibarat
masakan tanpa garam. Isi karya seni yang hidup tercermin dari kandungan
psikis/jiwanya.
8.
Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan
manusia.
9.
Kuntjaraningrat, seni adalah suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud
benda-benda hasil manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar