A. Definisi Pendidikan Konservatif
Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan semesta
manusia. Berdasarkan pendapatnya maka mendidik ialah membantu anak dengan
sengaja (dengan jalan membimbing) menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab
terhadap diri sendiri baik biologis, psikologis, paedagogis serta sosiologis.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan tranmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya
kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan
manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Kelakuan manusia
pada hekekatnya hampir seluruh bersifat sosial , yakni dipelajari dengan dalam
interaksi dengan manusia lainnya . hampir segala sesuatu yang kita pelajari
merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat
bermain, pekerjaan dan sebagainya. Bahan pelajaran atau isi pendidikan
ditentukan oleh kelompok atau masyarakat seseorang.
Adapun menurut John Dewey pendidikan itu terdapat dua teori
yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu :
1. Paham Konservatif mengemukakan
pendidikan adalah sebagai suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa
memperhatikan kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada dalam diri anak.
Pendidikan akan menentukan segalanya. Dalam artian pendidikan merupakan suatu
proses pembentukan jiwa dari luar dimana mata pelajaran telah ditentukan
menurut kemauan pendidik, sehingga anak tinggal menerima saja.
2. Paham Unfolding Theory berpandangan
bahwa anak akan berkembang dengan sendirinya, karena ia telah memiliki
kekuatan-kekuatan latin dimana perkembangan si anak telah memiliki tujuan yang
pasti, tujuan yang dimaksud selalu digambarkan sebagai suatu yang lengkap dan
pasti.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk kita dapatkan baik itu di lingkungan pendidikan secara
formal maupun nonformal baik itu didalam keluarga, lingkungan masyarkat dan
lingkungan pendidikan yang memiliki tujuan dan fungsi demi memanusiakan
manusia.
Adapun paham konservasif ini dalam memandang
pendidikan suatu wadah untuk mengembangkan keperibadian seseorang tanpa
melihat potensi dan latar belakang peserta didik yang tentunya
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda. Yang terpenting disini
bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembentuk jiwa dari luar
dimana pendidikan sudah merancang kurikulum pendidikan untuk menciptakan
generasi-generasi muda sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional.
B.
Peran Pendidikan Konservatif
Peranan pendidikan konservatif ialah salah satu tanggung
jawab kurikulum untuk mentranmisikan dan mentafsirkan warisan sosial kepada
generasi muda. Maka, sekolah sebagai salah satu lembaga sosial dapat
mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses sosial, karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi
pula untuk menjembatani antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa
di dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang.
John Dewey berpendapat bahwasanya pendidikan konservatif
merupakan suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan
atau kemampuan IQ peserta didik yang ada di dalam dirinya. Pendidikan akan
menentukan segalanya. Dalam artian pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan jiwa dari luar.
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara
besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan
sebagainya.
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik,
ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
C.
Fungsi dan peran pendidikan dalam masyarakat
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam
masyarakat ada bermacam-macam pendapat, di bawah ini disajikan tiga pendapat
tentang fungsi pendidikan dalam masyarakat.
Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga
konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi
sosialisasi.
2. Fungsi
kontrol sosial.
3. Fungsi
pelestarian budaya Masyarakat.
4. Fungsi
latihan dan pengembangan tenaga kerja.
5. Fungsi
seleksi dan alokasi.
6. Fungsi
pendidikan dan perubahan sosial.
7. Fungsi
reproduksi budaya.
8. Fungsi
difusi kultural.
9. Fungsi
peningkatan sosial, dan
10. Fungsi
modifikasi sosial.
Jeane H. Ballantine (1983)
menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut:
1. Fungsi
sosialisasi.
2. Fungsi
seleksi, latihan dan alokasi.
3. Fungsi
inovasi dan perubahan sosial.
4. Fungsi
pengembangan pribadi dan social (Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-7).
Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982)
menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut:
1. Memindahkan
nilai-nilai budaya,
2. Nilai-nilai
pengajaran,
3. Peningkatan
mobilitas sosial,
4. Fungsi
stratifikasi,
5. latihan
jabatan,
6. Membentuk
semangat kebangsaan,
7. Pengasuh
bayi.
Namun, dalam pembahasan kali ini
fungsi yang akan dibahas
adalah fungsi kontrak sosial, fungsi pelestarian budaya, dan fungsi seleksi dan
alokasi.
a. Fungsi
kontrak sosial
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
dan loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi
sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial.
Durheim menjelaskan bahwa pendidikan moral dapat dipergunakan untuk menahan
atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan
bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki kesadaran dan
tanggung jawab sosial.[3]
Melalui pendidikan semacam ini
individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan melakukan interaksi nilai-nilai
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu sebagai
anggota masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk
mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang
berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta
kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup
beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi
pola anutan bagi sebagai masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk
mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi
satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan
pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di
Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh
bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
b. Fungsi
pelestarian budaya masyarakat.
Sekolah juga harus melestarikan nilai-nilai budaya
yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi
pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan
sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan
konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan
nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah
tertentu, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan
kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa
dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan
nasional.
c. Fungsi
seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Jika kita amati apa yang terjadi
dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan
tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk
suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu.
Proses seleksi ini terjadi di segala
bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk
masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu
jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh
untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai
EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari
nilai tertentu sampai nilai yang terendah.
Jika bukan nilai yang menjadi
persyaratan yang ketat tetapi biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk
sekolah tertentu. Oleh karena itu anak yang nilainya rendah dan ekonominya
lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pula untuk memangku
jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi
dengan berbagai cara yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap
dan terampil sesuai dengan jabatan yang akan dipangkunya.
Sekolah
sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja
mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera
profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai
bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan
yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para
pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang
dipangkunya.
Sekolah
mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu,
patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan
tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar
seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia
sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan
dalam tugasnya.
Sekolah
mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk
menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi
latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang
fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi
seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan
pengembangan pribadi sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar