Penggunaan prinsip-prinsip dasar logika dan filsafat
sesungguhnya telah digunakan oleh para ulama terdahulu dengan dua tujuan:
1.
Pertama,
memecahkan problem-problem keilmuan dan konsep-konsep dasar dalam Islam.
Penjelasan tentang sumber kebenaran, klasifikasi ilmu dan pemilahan ilmu-ilmu
yang baik dan buruk menurut syariat dikaji dalam konteks pemikiran yang
sekarang disebut filosofis.
Ketika para ulama membahas konsep ilmu, maka itu sudah
dapat dikatakan pembahasannya masuk wilayah filsafat. Jadi, sesungguhnya
filsafat dalam koridor Islam itu sudah menjadi bagian dari disiplin ilmu-ilmu
keislaman. Kajian tentang konsep dan prinsip-prinsip ilmu dalam ilmu filsafat
disebut epistemologi.
2.
Kedua, para ulama
mendalami prinsip-prinsip filsafat dalam rangka mengkritik dan mengoreksi
pemikiran asing, yang tidak sesuai dengan konsep Islam. Untuk itu, yang
dipelajari adalah filsafat ‘asing’ dan filsafat yang Islami. Imam al-Ghazali
telah melakukannya. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan mendasar, Imam
al-Ghazali mendalami terlebih dahulu prinsip-prinsip filsafat Yunani yang
bertentangan dengan Islam.
Syed Muhammad Naquib al-Attas mengindentifikasi bahwa
kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang pada dasarnya disebabkan merebaknya
penyakit kekeliruan ilmu yang dialami kaum Muslim. Kesalahan ilmu dan
kekurangan ilmu itu disebabkan invasi ilmu Barat yang sangat gencar menyerang
jiwa dan kalbu kaum Muslimin (Syed MN. al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin,
hal. 5). Bahkan menurut al-Attas, bagi cendekiawan Muslim mempelajari peradaban
(termasuk filsafat) Barat hukumnya fardlu kifayah. Sebab, tanpa mengetahuinya
kita tidak mempu mengkritik dan membenahinya. Tidak semua memang perlu
mempelajarinya, menurut Imam al-Ghazali, itu hanya untuk orang yang berilmu,
orang awam dilarang mempelajarinya. Artinya, ini bagi yang telah memiliki bekal
dasar-dasar akidah, mantiq dan syariah yang kuat.
Untuk itu bagi kita yang mempelajari filsafat, hendaknya
ditata niat baik-baik. Segala aktifitas keilmuan adalah semata demi mendapatkan
kebahagiaan (sa’adah) akhirat.
Artinya, niat untuk berjuang li i’laa’i kalimatillah.
Kita juga perlu memakai framework Islam, bukan framework Barat. Hal ini
berarti, pertama-tama akidah harus dikuatkan. Karena, seperti petunjuk Imam
al-Ghazali dan Syed al-Attas, bahwa kita mempelajari ilmu ini dalam rangka
membela konsep-konsep Islam, menguatkan akidah umat. Dengan framework Islam,
filsafat menjadi alat mengokohkan akidah, bukan malah mendekonstruksinya atau
menjadikan pluralis atau sekularis
BalasHapusAwalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'